Kamis, 10 Desember 2009

MAHASISWA HARUSLAH BERORGANISASI

1 komentar
Dimuat di Harian Surya, 10 Desember 2009
Oleh: Budi Gunawan*
Mahasiswa baru yang baru saja melepas statusnya sebagai seorang pelajar dan menggantinya dengan status baru yaitu mahasiswa, yang tempat tinggalnya bukan sekolah lagi melaikan kampus, tentu akan jauh berbeda ketika dia berada disekolah yang tugasnya dulu hanya disibukkan dengan pelajaran disekolah dan ditambah lagi pelajaran tambahan yang di pelajari di sekolahnya, sehingga berorganisasi bukanlah merupakan kebutuhan bagi seorang siswa.
Akan tetapi setelah resmi menjadi mahasiswa baru yang baru melepas peredikakntnya sebagai seorang siswa, akan memasuki sebuah “rumah baru” yaitu kampus. Kampus sebagai miniatur sebuah Negara tentu didalamnya terdapat komponen yang menyerupai sebuah Negara, salah satunya adalah orgaisasi yang terbagi menjadi dua macam, yaitu organisasi ekstra dan organisasi intra, kedua organisasi ini, sangatlah penting diikuti mahasiswa, karena banyak hal yang dapat dipelajari dalam dunia organisasi yang tidak didapatkan dalam perkuliahan, dan ilmu yang didapat dalam organisasi baik intra maupun ekstra inilah yang akan dia pakai ketika hidup dimasyarakat.
Karena memang tidak cukuplah bagi seorang mahasiswa dengan Indeks Prestasi Komultif yang tinggi, yang hanya kuliah, yang tentu ruang lingkupnya hanya kampus, perpusakaan dan kos-kosan, memang mahasiswa yang seperti ini akan pintar secara akademik, akan tetapi ketika dia lulus kuliah dan hidup ditengah masyarakat dia akan bingung degan kehidupan yang ada disekitarnya, karena memang ketika di kampus tidak pernah sama sekali bergabung dalam sebuah organisasi. Sehingga banyak hal yang tidak diketahui olehnya.
Olehk arena itu seorang mahasiswa sebagai agent of change (agen Perubahan) harus lah ikut dalam sebuah organisasi baik intra maupun ekstra. Walaupun tidak menjadi pengurus inti, minimal menjadi anggota. Dengan begitu seorang mahasiswa benar-benar bisa menjadi Agent of Change (agen perubahan), Agenf of Control (agen pengendali) dan Agent of Social (agen social)
yang bisa merubah Negara ini pada perubahan yang lebih baik, yang bisa mengontrol dan menjadi penyeimbang dari kekuatan politik dan birokrasi yangsarat akan kepentingan kelompok, individu dan mengabaikan kepentingan rakyat.
Selain dari itu perlu dipahami bahwa dunia kerja tidak hanya menuntut dan menerima mahasiswa yang Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang tinggi, akan tetapi juga membutuhkan orang-orang yang dulunya pernah aktif di organisasi ketika masih menjadi mahasiswa. Akan tetapi haruslah menejemen waktu yang bagus dan proporsional supaya antara kuliah dan organisasi sama-sama bisa berjalan dengan baik. Jangan sampai aktif diorganisasi dan melupakan tugas utamanya yaitu kuliah, akan tetai tidak dibenarkan bahwa organisasi pasti menghambat kulia, hal ini tidak benar karena banyak sekali aktivis yang lulus sesuai dengan waktunya dan Indeks Prestasi Komulatifnya pun yang diraih diatas rata-rata.
Walaupun tidak bisa dipungkiri banyak aktivis yang sampai tua dikampus tidak lulus dan terkadang nilainya anjlok, tapi tetap bukanlah organisasi yang menjadi penyebab utamanya. Yang terpenting adalah bagaimana kita memproritaskan mana yang lebih penting, dan bagai mana kita mengatur waktu agar kuliah lancer dan organisasi lancar. dan ada keuntunan lain yang didapat dalam berorganisasi kita bisa punya banyak kenalan yang bisa berbagi pengalaman dan ilmu yang nantinya akan berguna ketika hidup dimasyarakat.

KETIKA BANGSA TAK LAGI HUMANIS

1 komentar
Dimuat di Media Indonesia
Oleh: Muhammad Rajab

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari bantuan dan pertolongan orang lain. Atas dasar ini, ia dituntut untuk selalu menjaring banyak relasi terhadap orang lain. Baik dalam bisnis, politik, ekonomi, pendidikan dan seluruh aspek kehidupan.
Humanitas merupakan salah satu cara agar seseorang dapat bekerja sama dan tolong-menolong dengan orang lain. Tanpa berkekal humanitas kita tidak akan bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain. Karena di dalam humanitas tersebut terdapat nilai-nilai kemanusiaan dan moral yang selalu menjadi sorotan di muka orang lain. Dengan nilai-nilai tersebut orang lain akan tertarik dan selalu ingin menolong dan bekerja sama dengan kita.
Adapun nilai-nilai humanitas tersebut adalah pertama, menghormati dan menghargai orang lain. Ini merupakan sifat dasar dari seorang yang humanis, ia selalu berusaha untuk menghormati orang lain, baik yang terkait dengan perbedaan pendapat, maupun menghormatinya di setiap gerak dan aktivitasnya. Dalam artian bahwa kita tidak boleh sembarangan dalam bertindak tanpa melihat bagaimana orang lain melihat tindakan kita. Kalau tidandakan tersebut bisa merugikan dan mengganggu ketenangan orang lain maka hendaknya dihentikan.
Kedua, Memperhatikan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di dalam satu komunitas atau masyarakat. Orang yang humanis tidak akan bertindak gegabah dan seenaknya sendiri di tengah-tengah masyarakat. Ia akan selalu memperhatikan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu apakah perbuatannya tersebut bertentangan atau berlawanan dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Ketiga, Lebih mendahulukan orang lain dari pada dirinya. Sifat seperti susah kita temukan, karena orang yang mempunyai sifat seperti ini sangat langka, apalagi di era modern yang sudah tidak memperhatikan lagi nilai-nilai sebuah kebersamaan (social value).
Terkait dengan nilai-nilai humanitas tersebut sebenarnya Islam sudah mengajarkan kepada kita melalu Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana Umar bin Khattab ra. Mengangkat gandum dengan pundaknya sendiri hanya untuk memberikannya kepada salah seorang rakyatnya yang kelaparan saat itu. Selain itu, ketika kaum muhajirin hijrah ke Madinah, kemudian kaum Anshor menyambutnya dengan senang hati dan penuh perhatian, mereka memberikan separoh hartanya kepada kaum muhajirin, bahkan sampai pada istrinya pun kalau mereka akan berikan.
Nah, sekarang bagaimana dengan kondisi bangsa saat ini?, Sudahkah ada nilai-nilai humanitas tersebut pada setiap anak bangsa dan para pembesar-pembesar yang duduk enak di kursi sofa dalam ruangan AC tersebut? Pernahkah para pembesar kita memikirkan kondisi rakyat yang semakin hari semakin terpuruk?, Pernahkah terbesit dalam diri pemimpin kita untuk berusaha semaksimal mungkin meniru Umar bin Khattab dalam melayani rakyatnya?
Beberapa pertanyaan tersbut kalau kita jawab dengan jujur, maka kita akan mengelus hati dan menangis melihat realitas yang terjadi saat ini. Rakyat miskin semakin hari semakin meningkat. Apalagi ditambah dengan naiknya bahan-bahan pokok dan anaiknya BBM serta gas Elpiji. Kondisi rakyat, khususnya rakyat miskin semakin mengkhawatirkan.
Sebulan yang lalu pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 30 persen. Kemudian atas dasar tersebut pemerintah menyarankan kepada penduduk Indonesia untuk beralih dari penggunaan kompor minyak tanah ke gas elpiji, karena dianggap relative lebih murah dibandingkan dengan menggunakan kompor minyak. Tak lama berjalan penggunaan elpiji di sebagian kalangan masyarakat, baru-baru ini harga elpiji dinaikkan lagi sebanyak 17 persen. Dari yang harga sebelum kenaikan 56 ribu pertabung yang kapasitasnya 13 kilogram menjadi 63 ribu pertabungnya. Bahkan, di sebagian pengecer ada yang berani menjual gas elpiji lebih besar dari kebijakan yang sudah ditetapkan tersebut.
Kenaikan harga Elpiji tersebut menjadikan masyarakat semakin hari semakin tertekan dan tak mampu mengimbangi arus naiknya harga tersebut. Apalagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Mereka tak dapat jalan lagi untuk keluar dari problem seperti ini.
BLT yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menyeluruh dan belum terbagi rata terhadap masyarakat miskin. Kalaupun dapat bantuan BLT, belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi mereka semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Apakah ini yang dinamakan humanis?. Bangsa yang dulu terkenal dengan sopan santun yang bagus dan selalu menghormati orang lain tak lagi kita temukan, walaupun ada paling hanya sebagian kecil saja.
Akibat ketidakhumanisan pemerintah terhadap rakyatnya tersebut muncul berbagai macam permasalahan dan problem-problem baru yang tentunya tidak kita inginkan. Para mahasiswa melakukan demontrasi. Selain itu juga muncul juga bentrokan-bentrokan antara rakyat dengan pemerintah. Ini akan mengakibatkan martabat bangsa ini anjlok di hadapan bangsa lain.
Dengan realitas yang ada tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak mampu menangani msalah-masalah yang menimpa bangsa. Akibatnya bukan hanya Negara yang rugi tapi rakyat sebagai warga Negara pun ikut mencicipi dampak negatirnya.
Permasalahan-permasalahan semacam ini akan terus berkembang dan tumbuh subur jika tidak ada penanganan serius dari pemerintah yang mempunyai wewenang dan otoritas tertinggi di Negara ini. Maka supaya permasalah-permasalahan, tindakan anrkis dan bentrokan antara rakyat dengan pemerintah tidak lagi terjadi di Negara tercinta ini perlu ada pelestarian nilai-nilai humanitas bangsa.
Pemerintah yang duduk di atas harus pro rakyat dan harus memperhatikan permasalahan-permasalahan yang sedang menimpa rakyat. Jika tidak maka kasus kemiskinan, busung lapar dan berbagai macam problem lainnya tidak akan pernah terselesaikan hingga SBY pun lengser dari jabatannya.

Rabu, 09 Desember 2009

KITAB KUNING BERBICARA SEKS

0 komentar
Telah dimuat di harian Malang Post.
“KITAB KUNING” BERBICARA SEKS
Judul buku : Fiqh Seksualitas; Panduan Islam dalam Berhubungan Intim Menurut
Kitab Kuning
Penulis : Abdul Wahid Shomad
Penerbit : Insan Madani
Cetakan : Agustus 2009
Tebal : 222 halaman
Oleh: Muhammad Rajab*
Buku yang ditulis oleh Abdul Wahid Shomad ini merupakan sebuah jawaban terhadap perkembangan permasalahan kehidupan, khususnya dalam bidang seksualitas. Penulis di sini lebih memaknai seks bukan hanya pada hubungan intim suami isteri saja, akan tetapi lebih pada bagaimana hubungan antara dua gender yang berbeda yakni antara laki-laki dan perempuan pra dan pasca menikah.
“Kitab kuning” yang selama ini diidentikkan dengan pembahasan masalah-masalah klasik, seperti ritualitas seorang hamba dalam hubungannya dengan Tuhan-Nya, ternyata anggapan tersebut tidak bisa dikatakan benar secara utuh. Pasalnya, “kitab kuning” juga ternyata berbicara tentang hubungan seseorang dengan lawan jenis. Buku ini berusaha mengungkap sebuah data yang didapat melalui kajian pustaka oleh penulis tentang pandangan “kitab kuning” tentang seks.
Permasalahan seks merupakan sebuah permasalahan yang sekarang menjadi hangat di telinga masyarakat. Pasalnya, Indonesia sering kali dihadapkan dengan kasus-kasus perilaku asusila yang dilakukan pra nikah oleh para remaja. Free sex sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di tengah-tengah mereka.
Salah satu yang menjadi pembahasan buku ini adalah bagaimana idealnya hubungan seseorang pra nikah. Kaitannya dengan pacaran maka buku ini memandang bahwa pacaran bisa boleh dan bisa juga tidak boleh, bergantung pada bagaimana seseorang memaknai pacaran. Kalau pacaran dimaknai hanya dengan ungkapan cinta atau kasih sayang tanpa melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan agama, seperti pegangan tangan, berpelukan dan semacamnya, maka pacaran dalam konteks ini boleh-boleh saja. Akan tetapi jika pacaran dimaknai atau dilaksanakan dalam bentuk luapan cinta yang diungkapkan melalui pegangan tangan, ciuman, pelukan, atau bahkan hubungan seksual (intim) maka yang demikian itu adalah yang tidak diharamkan.
Sebelum melakukan ikatan pernikahan, Islam menganjurkan para pemeluknya untuk melihat (nadhar) terhadap calon pasangannya. Seorang laki-laki yang hendak ingin menikah dengan wanita, maka laki-laki tersebut dianjurkan untuk melihat si wanita calonnya tersebut. Walaupun batasan melihat di sini terdapat banyak perbedaan pendapat.
Bagi laki-laki yang sudah siap untuk melakukan pernikahan, maka Islam sangat menganjurkannya untuk segera menikah. Pasalnya, hal itu akan dapat membentengi dirinya dari perbuatan zina. Dalam hal ini penulis buku ini mengklasisfikasikan zina itu ada dua macam, yaitu zina kering dan zina basah. Zina kering adalah perbutan zina yang dilakukan oleh seseorang melalui pandangan anggota badannya selain dengan kehormatannya. Sedangkan zina basah adalah zina yang dilakukan dengan hubungan intim sebelum melakukan ikatan pernikahan.
Ulama mengklasifikan hukum nikah kepada beberapa bagian. Nikah bisa menjadi wajib, sunnah, makruh atau bahkan haram, tergantung pada kondisi seseorang tersebut. Namun, pada dasarnya hukum nikah adalah mubah (boleh). Menurut Prof. Dr. Muhammad Abu Zahroh, mubah adalah sesuatu yag pada asalnya tidak berkonsekuensi pahala atau dosa bila dikerjakan atau tidak dikerjakan. Akan tetapi kembali ke awal, jika dilihat dari aspek eksternal nikah bisa berubah hukum seperti di atas.
Terlepas dari beberapa hukum nikah di atas, ada beberapa hikmah atau manfaat yang bisa diambil dari adanya ikatan pernikahan. Secara umum hikmah menikah adalah melestarikan bumi (regenerasi manusia), dalam Islam regenerasi manusia harus diwujudkan melalui pernikahan. Namun secara khusus hikmah menikah menurut Abdul Wahid adalah pertama, meningkatkan populasi manusia yang akan mempermudah proses pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan di muka bumi dengan semangat kebersamaan hidup.
Kedua, untuk mempermudah pembangunan dan pelestarian planet bumi, karena menikah manusia dapat berkembang biak. Ketiga, Mempermudah dalam mengatur kehidupan keluarga yang merupakan asal dari kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Keempat, Membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, agar bisa berbagi rasa menumpahkan rasa cinta bersama lawan jenisnya. Kelima, Menjaga keturunan manusia, yang di dalamnya juga menjaga hak waris karena agama tidak suka jika ada orang yang tidak diketahui keturunan atau asal usulnya. (halaman 59)
Buku Fiqh Seksualitas; Panduan Hubungan Islam dalam Berhubungan Intim Menurut Kitab Kuning ini juga tak hanya membahas hubungan antarlawan jenis pra nikah. Akan tetapi lebih detail lagi menjelaskan tentang huungan suami-isteri. Aspek seksualitas merupakan sorotan utama buku ini dalam menjalankan hubungan rumah tangga. Tentunya yang dijelaskan di sini adalah prespektif Islam.
Misalnya, buku ini memandang bahwa hubungan seksual (hubungan intim) antara suami isteri merupakan salah satu bagian yang menjadikan hubungan suami isteri tersebut harmonis. Pasalnya, banyak perselingkuhan terjadi hanya gara-gara tidak mendapatkan kenyamanan di antara suami isteri.
Ada juga pembahasan penting yang mungkin ini sebagai bentuk tambahan wawasan bagi para pembaca yaitu hukum nikah beda agama. Buku ini menyajikan perbedaan pendapat para ulama, baik ulama klasik maupun ulama kontemporer tentang nikah beda agama. Untuk lebih konprehensif dalam memhami permasalahan-permasalahan di atas, Anda bisa membaca buku ini lebih mendalam. Yang pada intinya buku ini mengajak kita untuk memahami bahwa ternyata Islam mengatur semua aspek kehidupan, termasuk di dalamnya masalah seks. Sehingga buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh setiap kalangan, khususnya bagi mereka yang ingin menjalankan hubungan rumah tangga.

Minggu, 06 Desember 2009

MENULIS BERITA ITU GAMPANG

0 komentar

Telah dimuat di Malang Post, 22 November 2009

Judul Buku : Panduan Menulis Berita
Penulis : Husnun N Djuraid
Tebal : 208 hal
Tahun Terbit : 2009
Penerbit : UMM Press, Malang
Peresensi : Isna Hidayati Effendi*

Salah satu tugas pokok jurnalis atau wartawan adalah menyampaikan fakta-fakta yang ada melalui berita dalam rangka melayani publik itulah. Ada kebanggan tersendiri bagi seorang jurnalis jika ia bisa menolong orang dengan menyampaikan berita tentang dunia sekitar mereka.
Profesional menjadi tuntutan seorang wartawan di tengah globalisasi zaman dan kebebasan pers yang sering disalahgunakan. Ancaman profesi wartawan ke depan semakin besar melihat masyarakat yang semakin melek hokum. Hal inilahyang sering memunculkan protes terhadap wartawan walaupun kesalahan yang dilakukan sangat sepele, seperti salah ketik, salah cetak, apalagi salah dalam memberitakan.
Buku yang berjudul “Panduan Menulis Berita” oleh Husnun N. Djuraid ini berusaha memaparkan teori–teori jurnalistik. Lahirnya buku tersebut berangkat dari besarnya minat masyarakat untuk mempelajari jurnalistik yang tidak diimbangi dengan kesiapan sarana dan prasarana seperti minimnya buku jurnalistik sebagai referensi.
Yang terpentinting dalam menulis berita adalah mengetahui unsure-unsur berita terlebih dahulu yang akan digunakan sebagai panduan untuk memutuskan suatu kejadian, informasi atau keadaan yang layak untuk diberitakan. Bersifat aktual, ada unsur kedekatan, penting, kejadian yang dianggap luar biasa, unsur human interest, progresif, dan lain sebagainya merupakan unsur dalam berita yang dibahas dalam buku yang berwarna paduan putih dan coklat pada covernya.
Bagi penulis pemula, di sini penulis memberikan cara penulisan berita, baik penulisan berita langsung (straight news) maupun berita feature. Bagi kebanyakan penulis pemula yang mengalami kesulitan dalam mulai menulis, ada pelajaran dasar yang wajib dipenuhi yaitu 5 W + 1 H (what, where, when, who, why, dan How). Setelah identifikasi bahan-bahan berita yang terkumpul sesuai 5 W + 1H maka akan muncul kerangka berita yang akan ditulis. Tentu pelajaran dasar ini sangat membantu dan memudahkan penulis pemula.
Dari enam pembahasan, pembahasan penulisan feature nampak lebih menarik. Tulisan panjang yang mengungkap dan mengambarkan peristiwa secara gamblang dengan dibubuhi ungkapan kreatifitas penulisnya tersebut dibahas secara mendalam. Khususnya pada pembahasan lead feature, macam-macam dan penjelasan lead disajikan dalam bentuk contoh langsung yang diambil dari berita-berita surat kabar yang telah terbit. Contoh-contoh berita yang dikutipkan tersebut kemudian dikupas dan dijelaskan satu per satu nilai dan unsur feature yang terdapat dalam berita.
Seperti pada pembahasan jenis lead bercerita (hal. 101), dikutipkan langsung tulisan wartawan yang melaporkan suasana di sudut sebuah rumah di Bosnia-Herzegovina pecahan Yogoslavia-yang dilanda perang saudara dengan Serbia. Terjadi pembantaian brutal yang dilakukan tentara Serbia terhadap pendudukan Bosnia. Ribuan orang menjadi korban kekejaman tentara Serbia. Bosnia-Herzegovina yang mayoritas penduduk muslim, menjadi objek kekejaman tentara Serbia.
Kemudian dipaparkan nilai-nilai berita dari cerita tersebut. Yakni selain mengaduk emosi pembaca melalui berbagai penderitaan yang dialami masyarakat Bosnia, cerita ini juga berusaha mengangkat sisi human interest, melalui latar belakang agama.
Kelebihan lead bercerita sangat efektif untuk menggungkap sisi kemanusiaan dari sebuah peristiwa. Kelebihan dari lead ini lebih mudah menggaet pembaca akan pembaca merasa seolah-olah menjadi bagian dari cerita tersebut. Karena penulis feature yang baik merupakan gabungan antara wartawan dan sastrawan. Dengan kemampuan kata-kata dan merangkainya dalam kalimat yang indah bisa membawa pembaca untuk terlibat dalam cerita. Namun tak semua cerita bisa dibuat lead seperti itu. Wartawan harus bisa mengukur, sejauh mana sebuah peristiwa bisa diberi lead bercerita.
Meliput berita merupakan bagian dari proses pembuatan berita, dalam hal ini wartawan tidak hanya dituntut untuk menguasai masalah namun dalam juga mempersiapkan hal penampilan dan memiliki rasa percaya diri. Tidak harus berpakaian resmi melainkan sopan dan sesuai dengan acara yang akan diliput dan lingkungan. Era wartawan yang tampil dengan busana yang lusuh tampaknya sudah bergeser pada penampilan yang memperhatikan situasi dan kondisi. Dengan penampilan yang baik ditambah dengan rasa percaya diri, seorang wartawan bisa menghadapi sumber berita dengan tenang.
Bagi pembaca yang sedang atau mendalami penulisan berita di media, buku ini setidaknya akan bisa menambah referensi dan kisi-kisi penulisan. Didasari oleh segudang pengalaman penulis sebagai wartawan media, buku ini disusun dengan sangat lugas, aplikatif dan mudah dipahami. Selain dibubuhi contoh-contoh tulisan yang sesuai dengan standarisasi penulisan baik media cetak maupun elektronik, juga dilampiri dengan Kode Etik Jurnalistik, Undang – Undang Pers dan standarisasi penulisan di surat kabar.
Tentunya buku ini sangatlah layak sebagai salah satu buku wajib bagi para calon-calon kuli tinta yang handal dan profesional. Sejalan dengan perkembangan media massa yang cukup pesat, dimana beberapa perguruan tinggi membuka jurusan komunikasi dengan konsentrasi jurnalistik, bagi mahasiswa layak juga sebagai referensi buku pegangan mata kuliah.
Secara keseluruhan buku ini tersusun secara sistematis yang mempermudah pembaca dalam memulai menulis berita. Karena sebenarnya menulis berita itu tidak sulit dan pada dasarnya setiap orang yang sudah mengenyam pendidikan punya kemampuan untuk menulis. Hanya dibutuhkan kemauan untuk memulai menulis yang kemudian difomulasikan dengan teori-teori penulisan yang ada.
*Penulis adalah

Penggiat Studi Islam dan Penelitian (FORSIFA)
Universitas Muhammadiyah Malang

Sabtu, 05 Desember 2009

SEBUAH KESAKSIAN TENTANG GONTOR

0 komentar

Dimuat di Harian Malang Post, 06 Desember 2009

Judul Buku : Wisdom of Gontor
Penulis : Tasirun Sulaiman
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Cetakan I : September 2009
Tebal : 230 halaman
Peresensi : Muhammad Rajab*
Siapa yang tidak mengenal Gontor. Mayoritas penduduk Indonesia, khususnya yang muslim sudah mengenal nama tersebut. Sebuah pondok pesantren yang pusatnya terletak di Ponorogo Jawa Timur. Walaupun pondok modern yang didirikan 1926 ini tempatnya di daerah terpencil dan diapit oleh dua pegununngan di kawasan selatan kota Ponorogo. Tapi kesunyian dan keterpencilan itu tiba-tiba menggema dan menggemuruh khususnya di tanah air Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, kemudian nama Gontor menjadi semakin kian riuh dengan munculnya tokoh-tokoh, seperti Dr. Nurcholis Madjid, Kafrawi ridwan MA., Penasehat Golkar Pusat, Dr. Hafidz Basuki, esin penggerak Depag, Emha Ainun Nadjib, yang melesat dengan lautan jilbab hingga Kiai Kanjeng, Habib Chirzin, budayawan kondang asal kota Budeg dan KH. Hamam Ja’far dengan pesantren Pabelan yang melejit dengan Dr. Komaruddin Hidayatnya.
Setelah itu muncul meteor-meteor baru Gontor menghambur dengan hebatnya. Langit-langit Indonesia menjadi taman meteor yang menyenangkan tapi juga meletupkan suatu kekaguman yang tersimpan di balik dada. Dr. Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI, Din Syamsuddin, Ketua PP Muhammadiyah, KH. Hasyim Muzadi, Ketua PP NU, Maftuh Basyuni, Menteri Agama, dan banyak lagi yang sekelas doktor yang menjadi penggerak dan pendobrak perjuanngan bangsa Indonesia.
Gontor dengan rupa dan pernak-perniknya telah memberikan pesona dan kekaguman tersendiri. Apalagi ketika peristiwa 11 September 2001 yang mengguncang dunia dan membuat Gorge Bush yang pernah singgah di hotel Salak, Bogor menjadi berang. Perang melawan teorisme pun dideklarasikan lalu orang-orang pun kaget sekali ketika Kiai Abu Bakar Ba’asyir disebut-sebut sebagai amir dari Jama’ah Islamiyah dan dituduh terlibat di balik bom-bom yang meledak di Indonesia. Dan Kiai Abu Bakar Ba’asyir adalah alumni Gontor. Fakta membuktikan bahwa Hidayat Nur Wahid dan beberapa alumni Gontor lain yang senior tidak takut-takut menyambangi Ba’asyir yang saat itu menjadi tahanan kepolisian. (hal. 21)
Namun apapun rupa bentuk alumni Gontor, tetap masih ditemukan sebuah warna yang masih bisa ditarik benang merahnya. Benang merah tersebut bersumber dari wisdom atau kearifan yang diajarkan Gontor, baik dari sikap dan keteladanan KH. Ahmad Sahal maupun KH. Imam Zarkasyi atau ajaran yang menjadi visi Gontor yang menyerupai semangat kebersamaan walaupun berbeda golongan, yang kemudian tercantum dalam motto Gontor “berdiri di atas dan untuk semua golongan”.
Buku Wisdom of Gontor yang ditulis oleh alumnus Gontor sendiri, Tasirun Sulaiman ini hadir untuk menjadi kesaksian yang bisa memberikan pemandangan dan lanskap serta nuansa baru bagi mereka yang ingin melihat Gontor. Atau bagi yang pernah belajar di sana, bisa saja buku ini membangkitkan nostalgia untuk mengenang dan mengingat kembali masa lalunya ketika berada di Gontor. Yang kemudian bisa dijadikan motivator kembali untuk mendapatkan sebuah kearifan sebagaimana yang telah diajarkan Gontor.
Buku ini telah banyak mendapatkan komentar baik dari alumni senior Gontor sendiri ataupun dari tokoh-tokoh yang lain. Pasalnya, memang benar Gontor telah mengajarkan nilai-nilai religiusitas dan humanitas di tengah-tengah perbedaan umat. Misalnya pengakuan Hidayat Nur Wahid, “moto dan Panca-Jiwa adalah ruh Pondok Modern Gontor. Trimurti, pendiri Gontor alm. KH. Ahmad Sahal, alm. KH. Zaenuddin Fananie, dan alm. KH. Imam Zarkasyi telah mencontohkan dalam amalan. Saya secara pribadi sangat terkesan dengan moto dan Panca-Jiwa. Dan kita dapat membacanya di buku Wisdom of Gontor ini”.
Hal menarik yang terdapat dalam buku ini adalah penjelasan tentang kearifan-kearifan yang ada di Gontor. Baik dalam perkataan-perkataan yang dilukis di atas dinding kelas ataupun dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para santri dan astatidz dan para pembimbing yang ada di Gontor. Boleh dikatakan buku ini adalah sebuah gudang penyimpanan yang berisi kearifan-kearifan (wisdom) yang ada di pondok tersebut.
Ada sebuah cerita menarik. Suatu kali, siswa akhir dari suatu angkatan di Gontor , yang memiliki keahlian membuat letter atau kaligrafi, menghiasi gedung aula pertemuan dengan tulisan yang mengejutkan “berbuat baik jangan sekali, berbuat buruk baik sekali” Tulisan yang menghiasi ruang pertemuan itu tentu saja mematik dan mengejutkan setiap orang yang melihatnya. Tidak saja dari kalangan siswa, tapi guru dan pemimpin Gontor saat itu. Berbuat buruk baik sekali? Tentu saja pernyataan itu sepintas dan selayang pandang membuat orang terprovokasi dan memberontak. Tapi, jika direnungkan, tulisan kreatif tersebut memberikan makna yang dalam. Dia ingin berpesan: “Kalau memang pernah berbuat buruk, maka cukuplah sekali saja!” tapi apabila kalimat yang kedua yang dipilih tentulah kurang gagah. (hal. 37)
Apa maksud di balik pernyataan di atas?. Pernyataan di atas sangat sederhana namun mengandung makna yang mendalam. Artinya, bahwa untuk berbuat baik jangan hanya sekali saja. Pasalnya, untuk menjadi orang baik tidak cukup dengan kebaikan yang dikerjakan hanya sekali saja, akan tetapi butuh kontinuitas. Sedangkan berbuat buruk cukuplah hanya sekali. Jangan sampai diulang-ulang berkali-kali. Tidak dapat dipungkiri memang, karena manusia tak ada yang pernah luput dari salah dan dosa. Adapun pesan utama dari pernyataan di atas adalah, “jadilah orang baik”.
Pada intinya, buku ini merupakan sebuah kesaksian tentang pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor. Berbagai macam kearifan diangkat dalam buku ini, mulai dari kisah-kisah lucu hingga nasehat-nasehat berharga dari para pendiri dan asatidz di Gontor. Menariknya lagi, buku ini ditulis dan dikemas dengan bahasa yang sangat sederhana sehingga akan memudahkan pembaca untuk mencerna isinya. Agar lebih tahu secara mendalam tentang kearifan apa saja yang ada di Gontor, pembaca bisa lebih dalam lagi menelusuri isi buku ini.

*Peresensi adalah
Peneliti di Forum Studi Islam (Forsifa) Unmuh Malang

Laskar Pelangi telah Berlalu

4 komentar
Oleh: Kastur Eko Prasetyo*

Beberapa bulan yang lalu, dunia perfilman, kepenulisan, media massa, dan pendidikan sempat disulut oleh bergejolak dengan semangat yang dialirkan oleh novel laskar pelangi, dan puncaknya dengan diluncurkannya film yang berkisah tentang semangat sepuluh orang siswa SD Muhammadiyah. Banyak orang menyatakan bahwa film tersebut memberikan motivasi besar dan luhur, memotivasi kita agar selalu bercita-cita setinggi mungkin, karena dengan cita-cita yang tinggi seseorang akan melakukkan tindakan-tindakan yang besar pula untuk mencapai impiannya itu.

Semua orang berbondong-bondong berlomba membaca novelnya dan rela mengantre berjam-jam untuk melihat aksi sepuluh anak anggota laskar pelangi dilayar bioskop, bahkan banyak mahasiswa yang mengorbankan jam kuliahnya demi untuk menontonnya . Setiap orang yang telah menyaksikan film yang digarap di pulau belitung itu, dibuat terpsona, terharu, dan bersemangat untuk bermimpi.
Namun sekarang, seiring dengan mulai redupnya gejolak riuh pesona laskar pelangi, kita menanti harapan besar dari suntikan energi motivasi untuk menggapai masa depan yang disampaikan oleh film tersebut, terutama dalam bidang pendidikan. Tidak hanya cukup bermimpi untuk mendapatkan cita-cita, namun benar-benar bekerja keras dalam berusaha untuk mendapatkann pendidikan tertunggi yang merupakan dasar tumpuan bangsa.

Pendidikan merupakan pondasi terciptanya bangsa yang maju. Pendidikan berusaha untuk mencetak kader-kader yang berkompeten agar dapat menghadapi kehidupan mendatang dengan lebih baik dan mandiri. Terlebih dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dengan pesatnya, tentu harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang pasti akan dihadapi di masa depan dan mungkin belum pernah ada dijaman sekarang
Orang mengatakan bahwa teknologi yang canggih ibarat belati, jika penggunanya adalah ibu rumah tangga atau panjagal daging, maka akan bermanfaat dalam artian positif. Namun jika pisau ada ditangan seorang perampok, maka akan membahayakan bagi orang lain. Begitu juga dengan “ kepandaian”, jika “kepandaian” berada dalam otak orang yang tidak mempunyai akhlak yang mulia, maka ia akan menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Namun jika seorang yang pandai juga dibarengi dengan akhlak yang mulia maka “kepandaian”-nya akan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Kita tidak boleh melupakan bahwa para koruptor adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi.

Dan kita mengharapkan, pesan-pesan yang disampaikan dalam laskar pelangi, pendidikan yang tidak hanya mengutamakan faktor kognitif atau kecerdasan intelektual saja, namun juga pendidikan budi pekerti, dapat membekas dihati para peserta didik, guru, dan semua pihak yang bersentuhan dengan pendidikan. Sehingga generasi penerus bangsa dapat muncul dengan semangat pembangunan dan solidaritas tinggi demi memajukan bangsa.
Kita mengetahui bahwa motivasi sekolah masyarakat Indonesia yang rendah masih menjadi momok yang menghantui. Hal itu akan menjadi masalah yang serius jika tidak segera dicari solusinya. Namun demikian, kemiskinan tetap menjadi faktor utama yang menjadi penghambat laju keberhasilan pendidikan di Indonesia, karena faktor ekonomi selalu merembet keberbagai bidang lain. Dan seperti diungkapkan diatas, bahwa perkembangan teknologi telah menyeret para pemuda kepada dunia yang tidak inovativ, dan berimplikasi dikesampingkannya pendidikan formal yang sebenarnya lebih dibutuhkan.

Pemerintah telah berupaya unuk meningkatkan mutu pendidikan. Alokasi 20 % APBN merupakan langkah strategis yang diambil, dan sebenarnya memang iulah yang harus dilakukan, peningkatan nilai standar ujian nasional, sertifikasi guru, bantuan dana BOS ( bantuan operasional sekolah), dan beasiswa-beasiwa yang diberikan pemerintah seharusnya mampu memacu generasi bangsa untuk bersekolah.
Mungkin memang pandangan bahwa bersekolah terlalu sulit, sudah menjadi mindset / pola pikir masyarakat kita, sehingga subtansi dari menuntut ilmu tidak dapat dirasakan.Subtansi dari pendidikan adalah untuk memunculkan generasi bangsa yang terdidik, selain untuk membangun kembali negara ini, juga untuk menciptakan sebuah masyarakat yang berperadaban.

Sekarang, yang menjadi PR bagi kita semua adalah bagaimana menjadikan anak Indonesia bersemangat untuk mengisi kepala-kepala mereka dengam ilmu dan mengubah pola pandang bahwa pendidikan itu terlalu sulit untuk dijalani, minimal generasi muda mau berangkat ke sekolah dengan rasa senang tanpa ada intruksi. Sehingga semangat "laskar pelangi" dapat benar-benar terwujud, tidak sekedar lewat begitu saja, harapannya akan lahir "lintang-lintang" yang baru yang akan memajukan bangsa Indonesia.

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN SHODAQOH; UPAYA MENGENTASKAN KEMISKINAN

0 komentar


Oleh:Muhammad Rajab

ABSTRAK
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Mayoritas masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, perlu penanganan serius dari pemerintah supaya mereka dapat terhindar dari kondisi buruk tersebut. Adapun metode yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan adalah memberdayakan shodaqoh. Pemberdayaannya dapat dilaksanakan dengan memenejnya dengan baik dan benar, mulai dari penarikan hingga penyalurannya kepada masyarakat miskin.

Kata kunci: optimalisasi, shodaqoh, kemiskinan
PEMBAHASAN
Secara sosiologis, shodaqoh memiliki makna penting dalam membangun kehidupan yang harmonis di masyarakat. Ini telah dibuktikan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya dalam menciptakan rasa kasih sayang antarsesama mereka. Seperti yang terjadi pada kaum anshor (pengikut nabi yang ada di Madinah) saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, para sahabat anshor langsung menyambutnya dengan senang hati dan memberikan separuh harta mereka kepada kaum muhajirin (pengikut nabi yang hijrah dari Makkah ke Madinah).
Selain itu, ditinjau dari segi ekonomis, shodaqoh mempunyai peran penting dalam membantu masyarakat miskin yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena pada hakikatnya objek utama shodaqoh adalah orang-orang miskin, walaupun masih banyak yang lain, namun yang paling utama adalah orang fakir dan miskin.
Peranan shodaqoh semakin pengaruh atau kontribusi signifikan jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang. Mayoritas masyarakat Indonesia saat ini berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Wapres bahwa jumlah angka kemiskinan di Indonesia mencapai 30 juta jiwa.
Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat jumlah kemiskinan mengalami kenaikan. Jika tahun 2006 tercatat 786.700 keluarga miskin, tetapi pada awal tahun 2008 menjadi 886.000 keluarga. Jika satu keluarga terdiri dari suami, istri, dan satu anak, maka jumlah orang miskin di Banten mencapai 2.685.000 orang, dari 9,5 juta penduduk Banten.
Kondisi seperti itu memberikan implikasi yang buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Di ataranya, seperti bertambahnya anak balita yang kekurangan gizi atau yang mengalami gizi buruk. Kondisi mereka dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan. Menurut data secara global di Indonesia tahun 2006 kasus balita yang terkena gizi buruk mencapai angka 4,2 juta jiwa.
Selain itu, contoh dampak dari kemiskinan juga adalah peristiwa yang terjadi di Makasar pada tahun 2007 lalu. Yaitu, Kematian seorang ibu hamil dan anaknya akibat kelaparan. Padahal, dana yang dianggarkan pemerintah untuk penanganan gizi buruk tidak sedikit. Pada tahun 2007, dana yang diberikan oleh pemerintah pusat ke daerah itu mencapai Rp 600 miliar.
Jika diteliti lebih jauh ada beberapa penyebab yang menimbulkan kemiskinan, menurut Ali Yafie bahwa beberapa penyebab tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan
Kelemahan di sini meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan akal atau ilmu, serta kelemahan fisik. Semuanya mengurangi daya pilih dan daya upaya manusia sehingga tidak mampu menjalani fungsinya sebagai pembuat, pembangun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Kemalasan
Tidak diragukan lagi bahwa sifat ini merupakan pangkal dari kemiskinan. Karena orang yang sedikit ilmunya itu disebabkan oleh kemalasan, dan akhirnya memberikan implikasi negatif terhadap kondisi ekonominya. Maka sangat tepat apa yang dikatakan pepatah bahwa akhir dari kemalasan adalah penyesalan.

3. Ketakutan
Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut untuk mencoba dalam memulai sesuatu. Hal ini merupakan salah satu penyebab dari kegagalan. Dalam hal ekonomi, rasa takut dapat menjadi salah satu penyebab dari kegagalan seseorang dalam berbisnis sehingga menyebabkan kemiskinan. Orang-orang yang kaya itu pada awalnya didasari oleh mental berani dalam mencoba berbisnis atau dalam merintis pekerjaan lainnya.
4. Kepelitan
Hal ini banyak bersangkutan dengan orang yang kaya. Dengan sifatnya yan pelit menjadikan saudara atau tetangganya yang kurang mampu terus berada dalam kemiskinan. Sehingga yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin.
5. Tertindih hutang
Terdapat banyak peringatan dalam ajaran Islam untuk berhati-hati supaya jangan sampai terjerat hutang. Karena hutang sangat membelenggu kebebasan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan membiaya hidupnya dari utang akan sulit sekali mengangkat dirinya dari lumpur kemiskinan.
6. Diperas atau dikuasai oleh sesama manusia
Hal ini juga merupakan penyebab timbulnya banyak penderitaan dan kemelaratan, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat masyarakat, bangsa dan negara. Pemerasan manusia kuat menimbulkan sistem perbudakan, dan pemerasan manusia kaya menimbulkan sistem riba. Pemerasan pada tingkat masyarakat, bangsa dan negara menimbulkan sistem kapitaslisme. Kenyataan yang ada di negeri-negeri jajahan membuktikan dengan jelas betapa besar kemiskinan yang memelaratkan masyarakat berabad-abad lamanya sebagai akibat langsung dari sistem kapitalisme.
Adapun menurut Soerjano Soekarno bahwa secara sosiologis timbulnya kemiskinan disebabkan oleh lembaga kemasyarakatan yang tidak berfungsi dengan baik, khususnya lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.
Melihat fenomena di atas, maka sangat penting bagi penulis untuk membahas tentang tema ini. Ini dimaksudkan supaya pemerintah khususnya dan masyarakat pada umumnya lebih memahami akan urgensi shodaqoh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta dalam perbaikan-perbaikan ekonomi, khususnya dalam mengatasi kemiskinan.
Shodaqoh yang secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti memberikan harta, dan secara termonologis yang berarti memberikan harta kepada orang lain dengan niat karena Allah SWT. Ini menjadi solusi terbaik untuk mengangkat kemiskinan.
Menurut perspektif Islam bahwa pada hakikatnya harta yang dimiliki seseorang merupakan titipan dari Allah SWT, yang kelak akan dikembalikan kepadanya. Di dalam harta tersebut terdapat hak bagi orang-orang yang tidak mampu. Sehingga wajib bagi yang mampu untuk menyalurkan hartanya kepada yang berhak.
Shodaqoh merupakan salah satu cara yang efisien dalam menyalurkan harta yang dimiliki oleh seseorang kepada orang yang membutuhkan. Karena jika dilihat lebih jauh, ada dua kandungan besar yang terdapat di dalam shodaqoh. Yaitu, kandungan vertikal dan dan kandungan horizontal.
Kandungan vertikal nampak dalam hubungan seseorang dengan Sang Pencipta (hablum minallah). Seseorang yang mengeluarkan hartanya untuk orang miskin atau orang lain yang membutuhkannya, maka dia akan mendapat balasan yang layak dari Allah SWT berupa pahala. Ini sebagai bekal di kehidupan abadi nanti.
Adapun kandungan horizontal nampak dalam hubungan sosial seseorang dengan sesama (hablum minannas). Secara tidak langsung, jika antar yang satu dengan yang lain saling memberi, dalam artian bahwa yang mempunyai kelebihan harta memberikan kepada yang kekurangan harta (miskin), maka akan terjalin rasa kasih sayang antar sesama. Sehingga kondisi sosial dalam masyarakat akan menjadi tentram dan harmonis.
Dengan demikian bagi ummat Islam shodaqoh merupakan satu keharusan yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan pernah berkata ketika menafsirkan surat Ali-Imron ayat 92 bahwa jika seseorang belum berani melukai kulitnya, maka dia tidak dikatakan muslim sejati. Maksudnya, jika orang Islam itu belum berani menyerahkan harta yang paling dicintai untuk kepentingan Islam, sesungguhnya keislamnya masih diragukan (belum kaffah).
Jika dikaitkan dengan kondisi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sekarang, maka shodaqoh memberikan pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat, utamanya bagi masyarakat miskin. Adapun beberapa pengaruh tersebut adalah:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok
Eksistensi shodaqoh memberikan pengaruh besar bagi masyarakat miskin yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya. Dengan adanya shodaqoh masyarakat yang tidak mampu bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, (QS. At-Taubah: 60).
Para pengemis yang ada di jalanan merupakan salah satu bukti nyata orang yang menggantungan hidupnya pada pemberian orang lain. Jika ini tidak mendapatkan uluran tangan dari orang lain, khususnya orang yang kaya, maka dia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, sangat penting eksistensi shodaqoh walaupun hanya dengan mengeluarkan uang seratus rupiah.
2. Memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan
Banyaknya penganguran di negeri ini menjadikan masyarakat Indonesia ke depan semakin miskin. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya ekonomi yang dimilikinya, sehingga tidak ada uang untuk dijadikan modal dalam bekerja. Maka dari itu, shodaqoh memiliki peran penting dalam memberikan modal kepada mereka supaya mereka bisa membuka pekerjaan baru dan bisa mengakhiri kemiskinannya.
3. Menciptakan masyarakat yang harmonis.
Masyarakat yang tentram adalah dambaan setiap kelompok. Tidak ada satu kelompok pun yang tidak ingin kelompoknya menjadi kelompok yang harmonis, saling mencintai dan saling membantu antara satu individu dengan individu yang lain. Oleh karena, itu salah satu cara untuk menjadikan masyarakat yang harmonis adalah meningkatkan rasa kasih sayang antar mereka dengan memberdayakan budaya saling membantu antara yang satu dengan yang lain, baik secara materiil maupun nonmateriil.
Dari beberapa uraian di atas tentang kondisi ekonomi masyarkat Indonesia, serta urgensi shodaqoh, maka solusi yang tepat untuk dicermati dan diaplikasikan dengan maksimal adalah efisiensi shodaqoh. Ini dimaksudkan untuk mengentaskan masyarakat miskin dari kemiskinan mereka. Adapun pelaksanaan shodaqoh di atas dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu melalui individu dan pemerintah.
Melalui individu yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran bagi orang-orang yang kaya, hendaknya mereka mempunyai empati dan simpati terhadap saudaranya yang miskin. Yaitu, dengan memberikan bantuan secara finansial kepada yang miskin. Ini dilaksanakan secara langsung antar individu tanpa melalui lembaga tertentu.
Adapun melalui pemerintah yang perlu ditingkatkan adalah memaksimalkan bantuan dana dan subsidi kepada rakyat miskin. Ini bisa disalurkan melalui lembaga-lembaga sosial tertentu, terutama lembaga di bidang ekonomi. Dan lembaga tersebut yang menyalurkannya kepada masyarakat miskin.
Menejemen shodaqoh
Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, shodaqoh perlu dimenej sebaik mungkin. Dari penarikan hingga penyalurannya kepada masyarakat. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan peran pemberdayaannya dalam kehidupan masyarakat.
Menejemen dalam penarikan shodaqoh yang dapat dilaksanakan adalah dengan menarik masyarakat untuk bekerja sama dalam sebuah usaha. Dalam hal ini, mereka yang bekerja dalam usaha tersebut ditarik uang shodaqoh dengan memotong gajinya perbulan.
Penarikan semacam ini lebih mudah jika dibandingkan dengan penarikan perorang secara langsung. Karena selain meringankan bagi pihak penyalur shodaqoh, juga meringankan bagi yang mengeluarkannya.
Adapun cara penyaluran shodaqoh yang efektif kepada masyarakat miskin adalah dengan tidak membagikannya secara merata. Tapi perlu melihat kondisi mereka masing-masing. Dipilih di antara mereka yang memungkinkan dapat memanfaatkan harta tersebut untuk membuka usaha dengan tidak menelantarkan yang lain. Dalam artian bahwa harta shodaqoh tersebut tetap dibagikan kepada setiap orang miskin, akan tetapi dipilih satu atau dua di antara mereka yang dianggap dapat mengembangkan harta yang ada dengan membuka usaha. Dari usaha yang dijalaninya tersebut diharapkan bisa membantu yang lain untuk membuka usaha baru ketika usaha yang pertama berkembang.
Jika uang yang ada dibagikan secara merata kepada masyarkat miskin, maka hasilnya tidak akan maksimal, khususnya dalam upaya mengentaskan kemiskinan tersebut. Karena masing-masing mendapatkan uang yang hanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya saja, disebabkan uang yang ada sangat terbatas.
Pada intinya bahwa cara penyaluran shodaqoh yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan adalah dengan membuka peluang usaha kepada masyarakat miskin. Karena mengentaskan kemiskinan membutuhkan waktu yang singkat, akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup panjang dan berkelanjutan. Dengan demikian jika dibuka usaha kepada mereka dan mereka bisa mengembangkannya, maka ke depan dia tidak akan lagi menderita karena tidak mendapatkan pekerjaan.


DAFTAR PUSTAKA
Ghafur, Wahyono Abdul. 2005. Tafsir Sosial. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Khozin. 2004. Refleksi Keberagamaan dari Kepekaan Teologis Menuju Kepekaan Sosial. Malang: UMM Press.
Qurrata. Anggaran Untuk Gizi Buruk Rp 600 miliar. (online) http://ayok.wordpress.com/2008/03/10/menkes-anggaran-untuk-gizi-buruk-rp-600-miliar/ (diakses 28 Maret 2008)
Soekarno, Soejarno. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yafie, Ali. 1994. Menggagas Fiqih Sosial. Bandung: Mizan.

PENTINGNYA BAHASA ARAB UNTUK ANAK USIA DINI

0 komentar

Telah dimuat di Koran Pendidikan
Oleh: Muhammad Rajab*

Bahasa merupakan satu keterampilan. Dikatakan demikian karena seseorang tidak akan bisa menguasai bahasa tertentu tanpa adanya latihan-latihan. Kita bisa menguasai bahasa jawa misalnya, itu Karena sejak kecil kita mendengar bahasa tersebut di sekiling kita dan langsung kita praktekkan dalam berkomunikasi. Demikian pula dengan bahasa Arab. Kita tidak dapat menguasai bahasa Arab tanpa ada tamrinat (latihan) dalam keseharian baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang unik. Ia berbeda dengan bahasa Inggris serta bahasa-bahasa asing yang lain. Tata bahasa yang digunakan relatif rumit. Ada ilmu Nahwu, Shorof, dan Balghah. Masing-masing disiplin tersebut mempunyai perbedaan signifikan, walaupun sama-sama ilmu bahasa Arab. Ilmu Nahwu lebih menekankan pada mabni ¬dan mu’rob (menetukan harkat terkhir). Ilmu Shorof lebih menekankan pada shiyagul kalimat (perubahan bentuk kata). Sedangkan ilmu Balaghah cenderung mempelajari sastra Arab.
Sementara itu, ada juga hal lain yang membedakan bahasa Arab dengan bahasa yang lain. Satu kata dalam bahasa Arab bisa dipecah menjadi beberapa kata yang berbeda arti dan makna serta kedudukannya. Ini sangat berbeda dengan bahasa Inggris. Kalau bahasa Inggris paling banter kata yang dapat dipecah dari bentuk dasar kata, kurang lebih lima bentuk kata.
Makanya, terkadang orang menjadi malas dalam mempelajari bahasa Arab. Karena selain membingungkan juga banyaknya kata-kata yang berbeda makna, padahal itu hanya berasal dari satu kata. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berasal dari barat, terkadang juga menjadi sebab bagi sebagian kalangan untuk tidak mempelajari bahasa Arab. Disebabkan karena waktu yang tersedia terbatas, sehingga tidak ada ruang untuk menyempatkan diri belajar bahasa Arab.
Beberapa penyebab kemalasan dalam mempelajari bahasa Arab di atas sebenarnya bisa menjadi penyemangat bahkan sebenarnya mempermudah kita dalam mempelajarinya. Kita harus sadar akan keunikan tersebut. Misalnya, satu kata bisa menjadi beberapa kata bahkan sampai seratus kata yang berlainan makna dan kedudukan. Ini sebenarnya mempermudah bagi kita dalam menghafal beberapa arti kata, karena kita hanya cukup memecahnya dari satu kata. Contoh, kata kataba (menulis) bisa dipecah menjadi kitabatan (tulisan), kitaban (buku), maktaban (meja), maktabatan (perpustakaan) dan lain sebagainya.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat bermanfaat bagi kita, khususnya bagi yang muslim. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah masyarakat muslim. Walaupun demikian, bukannya penulis menjustifikasi bahwa selain muslim tidak boleh belajar bahasa Arab. Namun, karena masyarakat jawa timur mayoritas muslim, maka tidak ada salahnya penulis menyebutkan beberapa kelebihan bahasa Arab perspektif Islam.
Pertama, bahasa Arab adalah bahasa kitab suci Al-Quran. Kita tidak akan bisa memahami Al-Quran kecuali dengan memahami bahasa Arab dengan benar, baik dari segi nahwu, shorof maupun balaghahnya. Bolehlah, kita beralasan sekarang sudah banyak terjemahan, jadi tidak perlu lagi belajar bahasa Arab dan hanya cukup membaca terjemahannya saja. Pada dasarnya orang yang menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Indonesia juga sudah mempelajari bahasa Arab dengan benar. Tapi alangkah baiknya kalau kita selain membaca terjemahan, juga harus bisa menguasai bahasa Arab. Karena, boleh jadi terjemahan yang ada juga ada salahnya, karena sifat dasar manusia tidak pernah terluput dari salah dan lupa.
Ketika terjadi sebuah kesalahan dalam terjemahan, kita bisa memperbaikinya langsug, dan tidak ikut kepada terjemahan yang salah tersebut. Selain, itu jika kita memahami bahasa Arab dengan baik, kita tidak perlu lagi membuka terjemhan dan cukup membacanya dan cukup mengacu kepada tafsir-tafsir yang ada untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap makna dan kandungan Al-Quran tersebut.
Kedua, sebagai ilmu alat. Artinya bahwa bahasa Arab meruakan bahasa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu pengetahuan, khsusnya ilmu-ilmu agama. Karena Islam pada mulanya muncul di negeri Arab. Jadi ilmu-ilmu Islam mayoritas berbahasa Arab.
Bahasa Arab bisa digunakan sebagai alat untuk menggali ilmu fikih dan hadits serta ilmu-ilmu yang lain. Karena, jika kita membaca buku-buku yang berasal dari Arab langsung, itu masih murni dan tidak ada campur tangan dari penerjemah. Dan disebabkan ketidakmengertiannya terhadap bahasa Arab, tidak jarang juga ditemukan orang yang mengatakan suatu ungkapan bahasa Arab sebagai hadits. Padahal itu hanya selentingan atau ucapan bijak yang tidak berasal dari Nabi.
Untuk meningkatkan minat pelajar terhadap bahasa Arab, maka hendaknya bahasa Arab diperkenalkan kepada anak sejak dini. Ini juga seperti bahasa Inggris, kenapa minat pelajar lebih banyak ke bahasa Inggris dari pada bahasa Arab, karena memang bahasa Inggris sudah diperkenalkan kepada anak sejak dini. Bahkan sekarang di Sekolah Dasar sudah diajarkan bahasa Inggris. Kenapa bahasa Arab tidak?. Nah, inilah permasalahan mendasar lemahnya minat mahasiswa dalam belajar bahasa Arab.
Khususnya bagi sekolah-sekolah yang berbasiskan Islam, Ini seharusnya lebih diperhatikan dan lebih diperhitungkan dari bahasa yang lain. Karena bagaimanapun tidak, pedoman agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Sedangkan bahasa yang digunakan Al-Quran dan Hadits adalah Al-Quran.
Akan tetapi satu hal yang perlu diingat, khususnya bagi guru bahasa Arab, bahawa metode yang dipakai dalam menyampaikan pelajaran bahasa Arab kepada anak hendaknya dibedakan dengan metode yang dipakai untuk orang dewasa. Jika metode yang digunakan kepada orang dewasa dipakai juga kepada anak, maka pembelajaran tersebut tidak akan maksimal, dan bahkan akan gagal.
Adapun metode yang dapat digunakan adalah bisa dengan membawa alat peraga. Alat peraga ini dimaksudkan untuk lebih menguatkan anak dalam mengingat kosa-kata yang telah diberikan. Jadi, ketika memberikan kosa-kata, anak dapat melihat langsung maksud ataupun arti dari kosa kata tersebut, walaupun guru tidak menulisnya di papan tulis. Anak dapat melihat langsung secara empiris. Jika ditinjau dari segi kognitif, metode seperti ini lebih efektif dari pada menulis arti kosa kata di papan tulis.
Misalnya, seorang guru mau memberikan kosa kata tentang binatang. Maka guru harus menunjukkan gambar atau boneka yang berbentuk binatang. Dengan itu akan lebih cepat ditangkap dan dipahami oleh anak. Karena selain mendengar, visual anak bisa melihat langsung secara emperis.
Metode seperti ini jika dikaitkan dengan konsep pendidikan modern, dapat dikatakan sebagai salah satu aplikasi konsep CTL (Contextual Teaching and Learning) yang masih belum dipraktekkan secara menyeluruh oleh para guru, khususnya di daerah-daerah terpencil.

MAHASISWA DAN KEPEMIMPINAN BANGSA

0 komentar

Dimuat di Buletin Forsifa
Muhammad Rajab*
Ir. Sukarno pernah berkata: “Berikan saya 10 orang pemuda, akan saya ubah dunia”. Dalam pepatah arab juga dikatakan “syubbanul yaum rijaalul ghod (pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”. Atau ada juga istilah lain yang mengatakan bahwa pemuda adalah tombak perjuangan bangsa.
Beberapa ungkapan tersebut sama-sama menunjukkan bahwa ternyata pemuda mempunyai peranan penting dalam memperjuangkan bangsa. Pemuda adalah generasi masa depan yang dengan tangannya diharapkan dapat mengubah bangsa menuju bangsa yang bermoral dan beradab serta bangsa yang mempunyai peradapan maju.
Mahasiswa merupakan salah satu dari bagian pemuda tersebut. Oleh karena itu mahasiswa sebagai orang yang tertinggi jenjang pendidikannya diharapkan dapat menjadi agent of social change (agen perubahan social) di tengah-tengah masyarakat.
Apalagi jika melihat kondisi masyarakat saat ini yang semakin terpuruk, baik aspek moral, ekonomi, politik, pendidikan dan social. Maka, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dalam perbaikan kondisi masyarakat Indonesia ke depan. Bapak Prof. Malik Fajar juga mengatakan di UMM DOME pada acara pembukaan PESMABA 2007, mahasiswa dididik oleh Universitas untuk menjadi tenaga ahli, calon pemimpin dan sumber kekuatan untuk membangun peradaban masa depan.
Oleh karena itu, seharusnya bagi seorang mahasiswa untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa. Dalam artian bahwa mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kelas. Namun, bagaimana dia bisa belajar melalui lingkungan dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Baik yang intra kampus maupun yang ekstra kampus.
Kenapa harus aktif dalam organisasi?. Perlu disadari bersama bahwa materi yang kita dapat di kelas paling hanya 25 persen. Itu pun tidak mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan di dalam masyarakat. Seperti, bagaimana mengatur dan memenej sesuatu dengan baik. Ilmu seperti ini hanya bisa didapat melalui kreativitas kita dalam berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan di luar kelas.
Selain itu, kita sebagai mahasiswa juga perlu sadar bahwa menuntut ilmu itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Di mana dan kapan pun kita bias belajar, baik melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar, diskusi, organisasi atau pun lingkungan kita.
Kesadaran akan hal ini sudah mulai merosot di kalangan mahasiswa. Sehingga tidak jarang ditemukan mahasiswa yang hanyan kuliah, habis kuliah langsung nangkring di jalan. Ada juga yang habis kuliah langsung pulang dan tidur-tiduran di kos, nonton TV dan lain sebagainya.
Beberapa kriteria tersebut tak layak untuk dilakukan oleh seorang mahasiwa yang benar-benar mau belajar dan ingin memperbaiki keadaan masyarakat bangsa. Bagaimana bisa memperbaiki masyarakat sedangkan dirinya belum baik?.
Dan yang perlu dilakukan oleh kita adalah bagaimana kita sekarang bisa introspeksi diri demi perjuangan bamngsa ke depan. Kekurangan yang pernah kita lakukan di masa lalu, kita perbaiki demi hari yang cerah di masa yang akan datang.
Khusus, untuk mahasiswa baru (MABA), ingat pesan orang tua yang telah merelakan kepergian Anda untuk menuntut ilmu. Renungkan sedalam-dalamnya apa pesan orang tua kepada Anda sebelum Anda beranjak dari rumah.
Semangat barumu adalah harapan bangsa. Langkah kakimu adalah perjuangan. Belajarmu adalah bekal. Jadikan setiap detik langkahmu sebagai bukti perhatianmu terhadap kondisi bangsa yang kian murat-marit. Karena Anda adalah pemimpin masa depan yang akan memperbaiki peradaban bangsa.
Menjadi Mahasiswa ideal
Sebagai generasi penerus bangsa, idealnya seorang mahassiswa dapat memberikan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri, orang tua, kampus dan Negara. Tentunya untuk menjadi mahasiswa yang baik dan bias memberikan manfaat kepada diri, orang tua dan kampus serta bangsa, maka seharusnya dia berusaha semaksimal mungkin untuk menuju itu.
Maka satu hal yang sangat penting dalam perjalanan seorang mahasiswa untuk bias menjadi mahasiswa yang baik serta dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa, yaitu hendaknya adanya kesadaran yang mendalam dirinya, bahwa dia adalah harapan agama, masayrakat dan bangsa.
Kesadaran tersebut tentunya tidak dapat muncul dengan sendirinya, walaupun bias, kemungkinannnya sangat kecil sekali. Nah, untuk menimbulkan kesadaran tersebut, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang, yaitu fakor heriditas (keturunan) dan factor lingkungan.
Untuk itu, maka hendaknya seorang mahasiswa khususnya MABA mencari lingkungan yang baik, mulai dari memilih kost dan teman pergaulan sehari-hari. Sebab semua itu akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangannya.
Dengan memilih lingkungan yang baik, maka secarra tidak langsung akan timbul kesadaran yang baik pula dalam dirinya. Baik itu dengan aktif di berbagai organisasi, aktif membaca dan meulis. Karena dengan bekal inilah dia akan dapat mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa ketika telah lulus dari perguruan tinggi.

Jumat, 04 Desember 2009

“HUMANIS” TERHADAP LINGKUNGAN

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab*

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari lingkungan. Dia selalu membutuhkan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Karena lingkungan merupakan tempat berteduh, bercocok tanam, dan yang tak kalah pentingnya adalah lingkungan merupakan habitat manusia. Dengan demmikian manusia juga dituntut untuk menghormati lingkungan. Dalam artian bahwa manusia juga harus ramah terhadap lingkungan.
Sifat humanis manusia tidak hanya ditampakkan kepada manusia, namun sifat humanis tersebut juga harus nampak dan terimplemementasikan dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Ini dimaksudkan agar antara manusia dengan lingkungan tercipta hubungan yang harmonis dan tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
Manusia yang tidak ramah alias tidak humanis terhadap lingkungan akan bertindak semena-mena terhadap lingkungan dan alam sekitarnya. Mereka tidak peduli apakah tindakannya tersebut dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Yang terpenting baginya adalah bagaimana menggapai keuntungan sesaat. Seperti illegal logging (penebangan pohon secara liar), pembuangan sampah sembarangan dan lain sebagainya. Ini akan menyebabkan perubahan iklim yang akan menimbulkan berbagai macam bencana.
Menurut data Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa Indonesia menghancurkan kira-kira 51 kilometer persegi hutan setiap harinya. Bahkan Guinness Book Of World Records mencatat Indonesia sebagai penghancur hutan tercepat di dunia, di mana sekitar 1,8 juta hektar pohon ditebang setiap tahunnya. Dengan berkurangnya jumlah pepohonan yang ada, maka kondisi dunia akan semakin panas. Dan ini akan terus menyuburkan bencana global warming (pemnasan global).
Selain itu, Perubahan iklim global yang dipacu oleh meningkatnya gas rumah kaca karbon dioksida atmosfer, telah menyebabkan terjadinya berbagai bencana alam di berbagai belahan dunia. Tingkat kegawatan perubahan iklim global yang disebabkan oleh emisi karbon ke atmosfer terendam dalam dokumen Kyoto Protokol dan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menekankan pentingnya usaha ke arah pengurangan emisi karbon serta penyerapan karbon atmosfir.
Salah satu alternatif dalam mengendalikan konsentrasi karbon yaitu melalui pengembangan "sink program", dimana karbon organik sebagai hasil fotosintesis disimpan dalam biomasa tegakan hutan atau pohon berkayu. Indonesia sangat berpotensi menjadi negara penyerap emisi karbon karena mempunyai hutan tropis yang luas ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire.
Potensi yang ada tersebut tidak akan pernah termaksimalkan jika manusia tidak bersifat humanis alias ramah terhadap lingkungan. Untuk itu, supaya dapat mengerm laju kerusakan alam yang ada khususnya di Indonesia, yang perlu ditingkatkan adalah sifat humanis atau ramah lingkungan dan membuang jauh-jauh sifat egois dan serakah.

MEMBEBASKAN SARJANA PENGANGGURAN

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab*

Kondisi perekonomian Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Apalagi setelah naiknya beberapa harga bahan pokok dan BBM. Angka kemiskinan yang ada sangat tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten bahwa jumlah kemiskinan mengalami kenaikan. Tahun 2006 tercatat 786.700 keluarga miskin, dan pada awal tahun 2008 meningkat menjadi 886.000 keluarga. Jika satu keluarga terdiri dari suami, istri, dan satu anak, maka jumlah orang miskin di Banten mencapai 2.685.000 orang, dari 9,5 juta penduduk Banten.
Bahkan, menurut Tim Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Tim P2E-LIPI) memperkirakan warga miskin tahun 2008 ini akan bertambah menjadi 41,7 juta orang (21,92 persen). Lonjakan ini akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak 28,7 persen.
Hal tersebut merupakan sedikit gambaran bagi kita tentang kondisi ekonomi masyarakat Indonesia. Belum lagi jika kita menenguk jumlah pengangguran yang ada di negeri ini. Pada tahun 2005, jumlah pengangguran mencapai 11,9 juta orang. Kemudian, sedikit turun menjadi sekitar 10,9 juta orang pada 2006.
Menurut Erman bahwa penyebab naiknya jumlah pengangguran ini, karena ada angkatan kerja baru dari lulusan pendidikan sekitar 2,3 juta orang. Selebihnya adalah pengangguran yang disebabkan oleh beruntunnya bencana alam beberapa waktu belakangan.
Adapun berdasarkan data statistik Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, jumlah pengangguran lulusan Diploma atau Akademisi tahun 2005, sekitar 322.836 jiwa (pemuda 138.749 dan pemudi 184.087). Sedangkan, sarjana lulusan universitas sekitar 385.418 jiwa (pemuda 184.497 dan pemudi 200.921), bila ditotalkan sekitar 708.254 jiwa pengangguran dari kalangan sarjana muda.
Dalam artikel yang berjudul Sarjana Pengangguran Buya Abdul Aziz (2006) menyebutkan bahwa menurut anggota Komisi IX DPR asal Fraksi PAN, Djunaedi bahwa tingginya angka pengangguran sarjana muda disebabkan oleh lemahnya kemampuan pemerintah mengundang investor untuk menanamkan investasi, terutama di sektor-sektor formal. Selain itu, juga disebabkan oleh rendahnya kreativitas para lulusan universitas-universitas Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya.
Adapun menurut hemat penulis tingginya angka pengangguran tersebut disebebkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya profesionalisme kerja yang menyebabkan seseorang bingung dan tidak mendapatkan pekerjaan yang cocok terhadap dirinya. Kedua, minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Ketiga, tidak adanya kreativitas sehingga seseorang harus mengandalkan pekerjaannya pada orang lain. Keempat, lemahnya ekonomi seseorang sehingga dia tidak berani untuk membuka usaha-usaha baru.
Beberapa penyebab tersebut harus segera mendapat perhatian dari pihak individu masyarakat, khususnya para sarjana dan pemerintah. Karena jika pengangguran ini terus berkembang, maka akan memberikan implikasi buruk terhadap perkembangan ekonomi bangsa. Sehingga angka kemiskinan akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pengangguran yang ada.
Menurut Mahendra bahwa jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut adalah Pemerintah harus menjamin adanya lapangan pekerjaan bagi lulusan pendidikan tinggi. Jaminan tersebut hanya mungkin dengan adanya industrialisasi nasional. Industrialisasi yang akan memajukan tenaga produktif masyarakat, termasuk membuka lapangan pekerjaan, serta meningkatkan standar hidup masyarakat.
Untuk mengurangi sarjana pengangguran tersebut, maka hendaknya ada kesadaran pada setiap mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan pentingnya berkreativitas. Sebab jika mereka malas dan tidak menyadari akan hal ini maka akan memberikan implikasi buruk bagi dirnya di hari mendatang.
Selain itu, seorang mahasiswa juga harus punya minimal satu keahlian dalam tata usaha. Atau paling tidak menjadi profesional di bidangnya masing-masing. Jika dia seorang sarjana pendidikan, maka hendaknya untuk konsen dalam dunia pendidikan walaupun juga harus dibantu dengan pekerjaan sampingan. Dan jika dia adalah seorang sarjana ekonomi, maka harus konsen dalam bidangnya tersebut.
Walaupun demikian, bukan berarti pengelompokan demikian merupakan diskriminasi kerja. Akan tetapi bagaimana seseorang mempunyai satu profesionalisme tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing dengan tidak memberikan batasan untuk merangkul bidang-bidang yang lain.
Terlepas dari kreativitas mahasiswa, juga harus ada permodalan dari pemerintah. Pemerintah hendaknya memberikan peluang kepada alumus perguruan tinggi untuk membuka usaha dengan memberikan pinjaman berupa modal. Dengan modal tersebut diharapkan dapat memberikan mortivasi terhadap para sarjana untuk meningkatkan kreativiasnya yang telah didapat di perguruan tinggi dengan membuka usaha-usaha baru.
Karena selama ini, banyak mahasiswa yang telah lulus dari perguruan tinggi, namun mereka masih bingung untuk mencari lapangan pekerjaan atau membuka lapangan usaha mandiri. Salah satu penyebabnya adalah minimnya modal yang mereka miliki. Sehingga dengan demikian, maka sangat perlu bantuan pemerintah dalam hal permodalan terhadap para lulusan perguan tinggi dalam membuka usaha.

PENDIDIKAN MORAL DAN KEMAJUAN BANGSA

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab*

Baik dan buruknya suatu bangsa bisa dilihat dari kondisi pemudanya. Jika pemudanya baik, maka baiklah kondisi bangsa tersebut. Sebaliknya, jika pemudanya rusak, maka rusaklah bangsa tersebut. Karena di tangan pemudalah kunci perbaikan suatu bangsa. Dialah yang akan meneruskan perjuangan generasi terdahulu. Di atas pundaknya ada tanggung jawab yang berat.
Untuk mempersiapkan generasi yang benar-benar mampu mengemban amanah bangsa, maka Pendidikanlah merupakan satu-satunya cara yang tepat untuk menggembleng para generasi penerus supaya siap menjadi pemimpin di masa yang akan datang dan mampu memghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi. Baik itu melalui lembaga pendidikan formal ataupun non formal.
Agar dengan pendidikan, anak dan pemuda bangsa bisa menjadi orang-orang yang siap menjadi pemimpin dan sanggup menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi baik lahir maupun batin. Maka hendaknya pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas keilmuan, skill dan moral anak. Tetapi yang harus menjadi prioritas utama adalah pembentukan moral. Dalam artian bahwa beberapa aspek pendidikan yang lain tidak boleh ditnggal, sebab aspek satu dengan lainnya saling berhubungan. Karena bagaimanapun juga pendidikan moral tetap membutuhkan keilmuan dan skill yang baik.
Orang yang pintar dari segi intelektual dan skillnya sering kita jumpai. Tetapi, sedikit sekali kita menemukan di antara mereka yang memiliki moral yang baik. Tidak jarang juga kita dengar dari berbagai media tentang pejabat dan pemimpin yang tersangka kasus korupsi. Itu merupakan salah satu akibat dari lemahnya pendidikan moral yang diberikan kepada mereka. Bukankah mereka orang-orang yang pintar dan cerdas?, bukankah mereka orang-orang yang berpendidikan jika ditinjau dari segi akademiknya?. Yang menjadi permasalahan di sini adalah nilai-nilai moralitas yang ada pada dirinya sangat minim, sehingga ia berani menghianati rakyat dan anggotanya.
Belum lagi para remaja dan pemudanya. Kasus-kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja sering kita dengar, termasuk juga penggunaan obat-obat terlarang. Yang paling mengenaskan lagi adalah anak kecil sudah mulai berani mencoba-coba untuk melakukan tindak amoral ini. Kita lihat Jumlah pengguna narkoba di kalangan pelajar, baik pelajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas sudah semakin mengkhawatirkan. Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), tercatat sekitar 83 ribu pelajar mengkonsumsi narkoba.
Adapun angka terbaru dari Badan Narkotikan Nasional (BNN) pada penyalahgunaan narkoba di tingkat SD menunjukan angka yang mencengangkan, yakni mencapai 3.853 kasus. Jumlah tersebut hanya terhitung sampai bulan Juni 2007. Dari bulan Juli 2007 sampai Februari 2008 belum dihitung.
Menurut data yang lain bahwa di DKI Jakarta rasio narapidana kasus narkoba mencapai 60 persen atau sekitar 4.068 dari total 6.742 narapidana. Ini belum termasuk narapidana yang dipenjara karena tindak kriminal yang dilatarbelakangi kecanduan narkoba. Kasus-kasus tersebut yang terdata sedemian besarnya, apalagi yang masih belum diketahui.
Sedangkan Menurut Mangku Pastika, angka yang paling banyak terjadi penyalahgunaan narkoba adalah di tingkat SLTA. Sampai pada bulan Juni 2007 saja penyalahgunaan pada pelajar berseragam abu-abu putih ini sudah mencapai angka 22.225 kasus. Sementara di tingkat pelajar SLTP angka penyalahgunaan narkoba mencapai 6.853 kasus.
Semua kasus yang terjadi tersebut merupakan akibat dari kurangnya pendidikan moral yang diberikan kepada anak. Sehingga tanpa pertimbangan yang lebih lanjut, mereka berani nekad berbuat tindak amoral dan asosila tersebut.
Dan Kasus-kasus tersebut menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia ke depan. Bisa saja ke depan bangsa ini bukannya maju moralnya, akan tetapi malah ambruk dan tambah rusak. Itu semua bergantung pada kita sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu, para praktisi pendidikan mempunyai tanggung jawab moral untuk meningkatkan kualitas moral para peserta didiknya.
Pendidikan tidak hanya dilaksanakan melalui lembaga-lembaga formal saja, seperti sekolah pada umumnya, akan tetapi proses pendidikan bisa dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang lain. Karena ruang lingkup pendidikan tidak hanya di sekolah. Di dalam ilmu pendidikan ada tiga ruang lingkup pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan (masyarakat), yang biasa dikenal dengan istilah “Tri pusat pendidikan”. Dengan demikin proses pendidikan bisa dilaksanakan dengan melalui tiga ruang lingkup tersebut dan tidak terpusat pada sekolah saja. Dan antara ketiga ruang lingkup tersebut harus ada sinergi yang kuat dan baik.
Keluarga sebagai ruang lingkup pertama pendidikan anak sebelum ia menginjak pendidikan sekolah, mempunyai tanggung jawab besar terhadap pendidikan moral anak. Orang tua sebagai pelaku pendidikan di lingkup ini harus bisa mengajarkan nilai-nilai moralitas yang baik terhadap anaknya. Selain dari itu, orang tua juga harus mampu memberikan teladan yang baik terhadap mereka. Karena kecenderungan anak untuk meniru apa yang ia lihat dari sekitarnya itu lebi besar debandingkan dengan melakukan nasehat orang tua. Bahkan ia menganggap apa yang pertama ia lihat sebagai sesuatu yang ideal bagi dirinya. Dalam lingkup ini peran orang tua adalah sangat besardalam pembentukan karakter anak.
Adapun sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan kedua yang dilalui oleh anak, juga memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan keilmuan dan moral anak. Oleh karena itu, selain mengajarkan ilmu-ilmu teori dan skill, seorang guru di sekolah hendaknya bisa mengajarkan moralitas yang baik terhadap anak didiknya. Pendidikan moral yang dilakukan oleh seorang guru bisa dengan cara mengajarkan secara langsung tentang moral-moral yang baik, ataupun dengan memberikan contoh yang baik terhadap anak didiknya. Yaitu dengan menampilkan perilaku yang mengandung nilai-nilai moralitas yang baik, dan hendaknya guru menjauhkan dari perbuatan yang kontradiktif. Artinya, ucapan guru harus sesuai dengan tindakan yang ia tampilkan dalam kehidupannya, terutam dalam lingkup sekolah. Karena ucapan dan tindakan seorang guru akan menjadi sorotan utama bagi anak didiknya di lingkungan sekolah.
Antara keluarga di rumah dan guru di sekolah harus terjalin sinergi yang baik. Agar bisa terbentuk sinergi yang baik, maka hendaknya antara keduanya bisa ,menjalin komunikasi yang sehat dan baik. Dengan komunikasi yang baik antara keduanya, orang tua di rumah bisa mengetahui kondisi anaknya di sekolah. Begitu juga sebaliknya, seorang guru bisa mengetahui keadaan anak didiknya di rumah. Dengan ini, maka kontrol pendidikan bisa berjalan dengan lancar. Ketika terjadi suatu masalah, maka dengan mudah kedua pihak bisa menyelesaikan masalah tersebut.
Kedua pihak tersebut juga dituntut untuk mampu mngontrol pergaulan anak dengan teman-temannya di lingkungan masyarakat. Sebagi ruang lingkup ketiga bagi pendidikan lingkungan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembngan anak. Maka dari itu, kontrol orang tua di rumah terhadap pergaulan anak dengan temannya sangat penting. Ini juga tidak lepas dari peran guru di sekolah, hendaknya guru juga bisa mengontrol pergaulan anak didiknya, terutama di lingkungan sekolah.
Dengan adanya sinergi yang baik antarketiga ruang lingkup tersebut dalam pembentukan moral anak, maka hasil dari pendidikan tersebut akan lebih nampak jelas. Sebab, moral anak di sekolah, di rumah dan di masyarakat dapat dikontrol dengan baik.
Sehingga dengan demikian, dapat terbentuk satu generasi penerus bangsa yang benar-benar mempunyai moral yang baik, serta kualitas intelektual dan skill yang baik pula. Yang pada akhirnya akan membawa bangsa Indonesia menuju bangsa yang maju dan berkembang di segala biodang serta terlepas dari jeratan krisis multidimensi.

KEKERASAN DAN KETENANGAN SOSIAL

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab*

Kekerasan memang tidak akan pernah terlepas dari ikatan dan hubungan sosial baik di keluarga maupun masyarakat. Ada kekerasan rumah tangga, ada juga kekerasan di masyarakat. Kekerasan rumah tangga adalah kekerasan yang terjadi dalam keluarga sedangkan kekerasan di masyarakat adalah segala bentuk tindakan anarkis yang terjadi di masyarakat, seperti pembunuhan perampokan dan lain sebagainya.
Berbicara masalah kekerasan berarti juga berbicara ketenangan. Karena kedua istilah ini sangat erat hubungan dan kaitannya. Antara kekerasan dan ketenangan ibarat dua sisi mata uang yang tak pernah terlepaskan dalam kehidupan sosial. Kalau yang mendominan kekerasan, maka hilanglah ketenangan, begitu juga sebaliknya. Jika nampak dalam kehidupan sosial sebuah ketenangan berarti kekerasan di dalamnya sangat minim atau bahkan tidak ada.
Memang kalau kita juga mau kembali kepada sejarah bahwa kedua istilah ini (kekerasan dan ketenangan) terus berdampingan, bila yang santu nampak yang lain hilang. Salah satu contoh saja, bagaimana kondisi Arab sebelum datangnya Islam. Kekerasan yang terjadi sangat mencekam dan menghilangkan ketenangan sosial. Salah satu contoh kekerasan yang sangat tidak manusiawi pada saat itu adalah bayi perempuan yang baru lahir harus dikubur hidup-hidup. Perilaku seperti ini merupakan tindakan yang sangat kejam bahkan melebihi binatang. Sejahat apapun singa tak akan pernah memakan anaknya sendiri.
Kekerasan semacam ini mendatangkan ketidaktenangan di hati masyarakat Arab dahulu, khususnya bagi kaum wanita. Mereka takut kalau-kalau yang lahir anaknya nanti adalah perempuan. Keluar rumah sendirian takut kalau nanti di tengah jalan ada perampokan dan tindakan kejahatan lainnya. Kemudian setelah Islam datang, hilanglah berbagai macam tindakan kekerasan yang dapat mendatangkan kegundahan dalam hati masyarakat tersebut. Selain itu, banyak kasus lain seperti pada masa Hitler di Jerman dan lain sebagainya.
Dan sekarang di Indonesia sudah sering kita dengar dan lihat di media cetak dan elektronik beberapa kasus pencurian, perampokan hingga pembunuhan. Tindakan kekerasan dan anrkisme seakan merupakan makanan sehari-hari yang tak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Kenyamanan dan ketenangan yang menjadi hak masyarakat tak lagi dapat terpenuhi. Tindakan kekerasan yang dilakukian oleh para pelaku tindak kejahatan terus merajalela. Aparat kepolisisan seakan kewalahan dan tak mampu lagi dalam menangani kasus-kasus semacam ini. Ini dapat dilihat dari maraknya tindak kejahatan yang terjadi.
Orang di rumah takut kalau-kalau nanti ada yang mencuri hartanya. Orang yang bepergian jauh takut kalau-kalau di tengah jalan dirampok, dijambret, dicopet dan lain sebagainya. Tak ada lagi jaminan keamanan dan kenyamanan dalam maupun luar rumah. Kekerasan dalam rumah tangga (KdRT) misalnya yang diberitakan harian Media Indonesia (22/7/08) bahwa ada seorang suami yang membunuh istrinya menjelang penceraiannya di kecamatan Cimanggis Kota Depok. Selain itu, seorang adik membunuh kakaknya sendiri karena menolak bamngun dari tidur. Adapun kekerasan di luar rumah pun sering terjadi. Masih hangat di ingatan kita kasus jagal Riyan dari Jombang beberapa bulan yang lalu.
Beberapa kasus tersebut akan memberikan implikasi buruk terhadap kenyamanan dan ketenangan hidup masyarakat. Karena masyarakat merasa takut kalau kasus seperti itu akan menimpa dirinya. Secara psikologis juga akan mempengaruhi ketenangan dan kelancaran masyarakat dalam berkativitas.
Hak Asasi Manusia yang menjadi junjungan kita bersama kurang terpenuhi. Hak masyarakat untuk hidup tenang dan tentram setiap hari terkikis dan menipis. Ini merupakan bukti bahwa jaminan Negara terhadap kenyamanan dan ketentraman hidup kurang terimplementasi secara maksimal.
Menurut Buya Hamka bahwa Hak Asasi Manusia dibatasi oleh undang-undang dan aturan yang berlaku. Selain itu, Hak Asasi Manusia juga dibatasi dengan tidak menggagnggu hak asasi orang lain. Jika itu mengganggu hak orang lain, maka itu merupakan satu pelanggaran terhadap hak asasi.
Maka kekerasan dan tidakan anrkis bukanlah bagian dari makna sebenarnya hak asasi manusia, karena telah menggangu dan mengambil hak orang lain untuk hidup nyaman dan tenang. Selain itu, kekerasan juga telah merusak ketenangan sosial di masyarakat. Indikasinya adalah munculnya rasa tidak nyaman pada setiap individu masyarakat.
Untuk itu, tindak kekerasan harus segera mendapatkan penyelesaian. Untuk itu hendaknya pemerintah memaksimalkan petusgas keamanan yang ada. Selain itu perlu, ketegasan dari pemerintah agar supaya menghukum pelaku tindak kekerasan sesuai dengan undang-undang yang ada.
Terlepas dari otoritas pemerintah juga perlu ada kesadaran pada setiap individu bahwa tindakan kekerasan merupakan tindakan yang dapat membahayakan diri dan orang lain serta dapat membuat kehidupan sosial kacau balau. Kesadaran ini perlu ditanamkan kepada setiap individu, baik melalui penyuluhan-penyuluhan tentang kehidupan sosial atau dengan memasang pamlet dan poster di jalan-jalan.

*Penulis adalah,
Aktivis Forum Studi Islam Fakultas Agama Islam dan Reporter BESTARI Unmuh Malang.

BENCANA “CAMBUK” KEMAJUAN

1 komentar

gambar diambil dari http://www.arrahmah.com/images/stories/09/bencana.jpg
Dimuat di Malang Post, 18 Oktober 2009
Oleh: Muhammad Rajab*
Tidak asing lagi di telinga kita, sering terdengar berita bencana alam, mulai dari tsunami, tanah longsor, banjir, dan akhir-akhir ini adalah gempa. Dalam satu bulan September kemarin terhitung terjadi tiga kali gempa di negeri ini. Bencana alam seakan menjadi hidangan khas bagi Indonesia yang tak bisa lepas dari bumi pertiwi ini.
Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa 7,6 skala Richter terus bertambah. Berdasarkan data Satkorlak Sumatera Barat, tercatat 608 warga Sumatera Barat meninggal dunia. Data yang diperoleh VIVAnews pada Senin 5 Oktober 2009, pukul 09.45, tercatat korban tewas terbanyak berada di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 285 jiwa. Di Kota Padang sebanyak 242 jiwa, Kota Pariaman 32 jiwa, Kabupaten Agam 32 jiwa, Kabutapen Pesisir Selatan 10 jiwa.
Sebuah bencana tidak selamanya menghancurkan. Namun bisa saja bencana menjadi pemicu kita untuk maju. Sebagai perumpamaan adalah, cambuk yang digunakan untuk memacu kuda akan dapat mempercepat lari kuda. Begitu juga dengan bencana, ia bisa menjadi sebuah cambuk bagi Indonesia menuju kemajuan. Tergantung pada pemaknaan kita terhadap bencana.
Namun demikian, setidaknya ada beberapa kemungkinan yang bisa diambil dari peristiwa bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Pertama, bencana bisa sebagai bentuk kemurkaan Tuhan terhadap manusia yang selalu berbuat dosa dan melakukan pelanggaran terhadap alam semesta. Akibat pelanggaran-pelanggaran tersebut akhirnya alam menjadi tidak lagi bersahabat dengan manusia. Terkait dengan itu Allah SWT berfirman: “nampaknya kerusakan di darat dan di laut diakibatkan oleh tangan manusia,” (Ruum: 41)
Sebagai contoh adalah kisah Qorun yang ingkar tidak mau menginfakkan hartanya. Akibat kesombongannya tersebut Allah SWT menenggelamkannya beserta harta yang dimilikinya ke dalam bumi. Oleh sebab itulah ketika seseorang mendapatkan harta terpendam saat ini disebut dengan harta karun. Pasalnya, harta yang dimiliki oleh Qorun pada zaman Nabi Musa tersebut ditenggelamkan oleh Allah ke dalam perut bumi. Dan banyak lagi kisah-kisah bencana alam yang menimpa umat terdahulu akibat perbuatan dosa yang mereka lakukan, seperti bencana kaum Sodom, dan kaum Nuh yang ditimpa dengan banjir banding dan lain sebagainya.
Kedua, bencana datang sebagai bentuk ujian dari Tuhan untuk menguji keimanan seseorang. Ada sebuah ungkapan semakin tinggi keimanan seseorang maka cobaan yang datang juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah SWt dalam ayatnya, “Allah tidak akan memberikan beban kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya,”.
Ketiga, kedatangan bencana alam merupakan “cambuk” bagi seseorang untuk lebih cepat lagi atau lebih giat lagi dalam mencapai satu cita-cita. Ibarat kuda pacu yang harus dicambuk agar larinya lebih kencang. Intinya musibah atau bancana yang datang bisa dijadikan sebagai alat untuk memicu diri menuju keadaan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Dari beberapa kemungkinan tersebut maka setidaknya bencana yang datang secara bertubi-tubi di negeri ini bisa jadi merupakan peringatan dari Tuhan atas perbuatan dosa yang sering dilakukan oleh manusia, atau hanya sebagai cobaan, atau mungkin juga sebagai “cambuk” kemajuan bagi negeri tercinta ini. Boleh jadi di balik bencana yang datang tersebut ada emas yang akan muncul setelahnya.
Kita tidak tahu Indonesia masuk ke ranah yang mana dari ketiga kemungkinan tersebut. Yang jelas ketiga kemungkinan di atas semuanya bisa benar jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia yang semakin kacau balau. Dikatakan peringatan karena bangsa kita telah banyak melakukan kerusakan dan dosa. Dikatakan cobaan juga bisa benar untuk menguji sejauh mana kemampuan Indonesia dalam mengatasi masalah.
Terlepas dari ketiga kemungkinan di atas, kita sebagai bangsa Indonesia hendaknya bisa mengambil pelajaran dari peristiwa bencana yang sering terjadi di negeri tercinta ini. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil oleh kita agar kita menjadi bangsa yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satunya adalah introspeksi diri bagi bangsa, kenapa selama ini sering terjadi bencana. Apakah negeri kita ini sering lengah terhadap peristiwa bencana. Sehingga dengan peristiwa gempa yang terjadi bulan September kemarin yang hingga saat ini belum selesai merupakan peringatan bagi bangsa untuk lebih waspada terhadap bencana.
Boleh jadi di balik terjadinya bencana tersebut akan menjadikan Indonesia lebih baik di masa yang akan datang. Jepang menjadi Negara maju harus dicambuk dulu dengan bom atom yang dahsyat di Nagasaki dan Hirosima, begitu juga dengan Cina, dan Negara-negara maju lainnya.

Pemikiran Kalam

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab
a. Latar Belakang Munculnya Sejarah Ilmu Kalam
Berbicara sejarah ilmu kalam, maka Harun Nasution menyebutkan, bahwa munculnya permasalahan-permasalahan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Usman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifaan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin ‘Ash, utusan dari pihak Mu’awiyah dalam tahkim, walaupun dalam keadaan terpaksa dan tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka memandang bahwa persoalan yang terjadi saat itu tidak boleh diputuskan dengan tahkim. Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah sehingga mereka meninggalkan barisannya dalam sejarah Islam, mereka dikenal dengan nama Khawarij, yakni golongan yang keluar dari pihak Ali.
Selanjutnya Harun Nasution memaparkan bahwa persoalan kalam pertama kali muncul adalah masalah siapa yang kafir dan siapa yang buka kafir. Orang-orang Khawarij menganggap bahwa orang-orang yang terlibat dalam proses tahkim telah kafir, seperti Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asy’ary. Kemudian berawal dari permasalahan ini muncul aliran-aliran baru yaitu Murji’ah dan Mu’tazilah.
Adapun penamaan ilmu kalam itu sendiri menurut para ulama Kalam dikarenakan beberapa hal, yaitu pertama, masalah-masalah yang diperselisihkan adalah masalah Kalam Allah (al-Quran), apakah dia makhluk diciptakan, atau qadim, bukan diciptakan. Kedua, Substansi ilmu-ilmu ini merupakan teori-teori kalam tak ada di antaranya yang diwujudkan dalam kenyataan atau dipraktekkan secara fisik. Ketiga, Cara atau jalan menetapkan dalil untuk pokok-pokok akidah sama dengan ilmu mantiq. Keempat, Ulama-ulama mutaakhkhirin membahasa dalam ilmu ini masalah-masalah yang tidak dibahasa oleh ulama salaf, seperti pentakwilan ayat-ayat mutasyabihat, pembahasan tentang masalah qada’ dan lain-lain.
Sedangkan menurut Kutilang Faktor yang menyebabkan timbulnya aliran kalam dalam Islam dapat di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktro internal antara lain:
- Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda
- Adanya pemahaman ayat Al-Qur’an yang berbeda
- Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda
- Adanya kepentingan kelompok atau golongan
- Mengedepankan akal
- Adanya kepentingan politik
- Adanya beda dalam kebudayaan
Adapun factor eksternalnya adalah sebagai berikut:
- Akibat adanya pengaruh dari luar islam.
Pengaruh ini terjadi ketika munculnya aliran syi’ah yang muncul karena propaganda seseorang yahudi yang mengaku islam, yaitu Abdullah bin Saba.
- Akibat terjemahan filsafat yunani
Buku-buku karya filosofi yunani di samping banyak membawa manfaat juga ada sisi negatifnya bila di tangan kalangan yang tidak punya pondasi yang kuat tentang akidah dan syariat islam. Sehingga terdapat keinginan oleh umat islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi islam.
a. Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam
Kerangka berpikir ilmu kalam secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kerangka berpikir rasional dan kerangka berpikir tradisional. Kerangka berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:
- Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam al-Quran dan Hadits Nabi, yaitu ayat yang naqli.
- Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta berkehendak serta memberikan daya yang kuat kepada akal.
Sedangkan kerangka berpikir tradisional mempunyai prinsip-prinsip sebagai beriku:
- Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti dzanni.
- Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat
- Memberikan daya yang kecil kepada akal (tidak memberikan kebebasan dalam berpikir).
Selain pengkategorian di atas, Fadzlurrahman mengatakan bahwa kerangka berpikir ilmu kalam juga dipengaruhi oleh aliran-aliran di bawah ini:
- Aliran Antroposentris, yang menganggap bahwa hakekat realitas transenden bersifat intrakosmos dan impersonal.
- Aliran Teosentris, menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat suprakosmos, personal dan ketuhanan.
- Aliran Konvergensi dan Sintesis, menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos, personal dan impersonal, lahut dan nashut, makhluk dan Tuhan, saying dan jahat, lenyap dan abadi,tampak dan abstrak dan sifat dikotomik lainnya.
- Aliran Nihilis, menganggap bahwa hakikat realitas transcendental hanyalah ilusi. Aliran ini menolak Tuhan yang mutlak, tetapi menerima berbagai variasi Tuhan kosmos.
b. Perbandingan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf
Ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf memiliki persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan ketiga ilmu tersebut terletak pada objek kajiannya. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang terkait dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara objek kajian tasawwuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Yang pada intinya jika dilihat pada aspek objek kajiannya sama-sama membahasa masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Ilmu kalam, filsafat dan tasawwuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan menggunakan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan caranya sendiri pula berusaha mencari kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia baik yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya, atau juga tentang Tuhan. Sementara itu, tasawwuf dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.
Sedangkan perbedaan ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Sebagai ilmu yang menggunakan logika dan dalil-dalil naqliyah, ilmu kalam berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika yang dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagai dialog keagamaan ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan melalui argument-argumen rasional. Sebagian ilmuan ada yang mengatakan, bahwa ilmu kalam ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sedangkan filasafat merupakan sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal dan integral serta universal dan tidak merasa terikat dengan ikatan apapun kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Hal ini sebagaimana dijelaskan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh oleh rasa, ilmu tasawuf sangat bersifat subyektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.
c. Perbedaan Pokok antara aliran Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah
Perbedaan pokok antara ilmu aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah adalah sebagai berikut:
- Khawarij
Khawarij berasal dari kata arab yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Adapun dalam ilmu kalam, Khawarij berarti suatu sekte atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Siffin dengan kelompok pemberontak Mu’awiyah bin Abi Sofyan perihal persengketaan Khalifah.
Adapun doktrin-dokrin Khawarij yang membedakannya dengan aliran Murjiah dan Mu’tazilah adalah sebagai berikut:
- Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
- Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
- Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at Islam
- Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Ustman) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifaannya Utsman dianggap telah menyeleweng.
- Khalifah Ali adalah sah, tetapi setelah terjadi arbitrase Ali dianggap menyeleweng.
- Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir
- Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Lebih parah lagi, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban harus dibunuh pula.
- Setiap muslim harus hijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak bergabung ia wajib diperangi karena hidup dalam dar al harb (Negara musuh) sedangkan golongan mereka sendiri disebut dar al-Islam (Negara Islam)
- Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
- Murji’ah
Nama Murji’ah diambil dari kata arab irja atau arja’a yang bermakna penaundaan, penangguhan dan pengharapan. Kata arja’a mengandung arti memberi pengharapan kepada pelaku dosa besar untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah. Adapun Murji’ah dalam Ilmu kalam adalah suatu aliran atau sekte yang memandang bahwa pelaku dosa besar tidak dihukumi kafir, tetapi tetap mukmin dan mengenai dosa besar yang dilakukannya itu urusan Allah nanti.
Adapun doktrin-doktrin aliran Murji’ah menurut W. Montgomery Watt adalah sebgai berikut:
- Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Mu’awiyah hingga Allah memutuskannya kelak.
- Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat khulafaur Rasyidin
- Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT.
- Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (madzhab) para skeptis dan Helenis.
Sedangkan Harun Nasution merinci ajaran-ajaran pokok teori murji’ah adalah sebagai berikut:
- Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa Al-Asy’ary yang terlibat dalam tahkim dan menyerahkan kepada Allah di akhirat kelak.
- Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
- Meletakkan pentingnya iman daripada amal
- Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat Allah
Sementara Abu A’la Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok Murji’ah, yaitu:
- Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau perbuatan seseoran tidak dianggap sebagai suatu keharusan bagi adanya iman.
- Dasar keselamatan seseorang adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan mudharat ataupun gangguan bagi seseorang.
Sehingga menurun Yusran Asmuni ajaran-ajaran pokok Murji’ah dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Iman hanya membenarkan (pengakuan) dalam hati
- Orang muslim yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut tetap mukmin selama mengakui dua kalimah syahadat.
- Hukuman terhadap perbuatan manusia ditunda hingga akhirat kelak.
- Mu’tazilah
Menurut bahasa Mu’tazilah berasal dari I’tazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri. Dan juga bisa diartikan menjauh atau menjauhkan diri. Artinya, Mu’tazilah tidak berpihak kepada pihak khawarij dan tidak juga kepada Murji’ah. Dia bediri di tengah-tengah atau almanzilah bainal manzilatain.
Adapun doktrin-doktrin utama golongan mu’tazilah adalah:
- Tauhid
Tauhid adalah prinsip dan dasar pertama dan utama dalam ajaran Islam, jadi sebenarnya prinsip ini bukan hanya milik mu’tazilah.
- Al-Adl
Prinsip kedua mu’tazilah adalah keadilan Tuhan. Dalam hal ini, Mu’tazilah sangat menekankan bahwa Tuhan itu adil dan tidak berlaku dhalim kepada manusia. Karena jika manusia berbuat baik akan diberi pahal dan jika berbuat jahat akan dibalas dengan dosa.
- Al-Wa’d wal wa’id
Prinsip ketiga adalah adanya janji dan ancaman, yaitu janji Allah yang akan memberikan pahala kepada orang yang berbuat baik dan menyiksa orang yang berbuat jahat. Janji Tuhan pasti dipenuhi karena Tuhan tidak akan pernah mengingkari janjinya.
- Almanzilah bainal manzilatain
Ajaran keempat inilah yang menjadi pembeda pokok dengan aliran Khawarij dan Murji’ajh. Menurut ajaran ini seorang muslim yang melakukan dosa besar dan tidak sempat bertobat kepada Allah SWT tidaklah mukmin, tapi tidak pula kafir. Ia berada di antara keduanya, berada di posisi di antara dua posisi (Al-manzilah bainal Manzilatain). Ia tidak mukmin karena dosa besar dan juga tidak kafir karena masih percaya kepada Allah dan berpegang teguh pada dua kalimah syahadat.
Yusran Asmuni menyebutkan, kaum Mu’tazilah membagi maksiat ke dalam dua macam, pertama, maksiat yang merusak dasar agama seperti syirik. Jika orang melakukan maksiat seperti ini ia digolongkan kafir. Kedua, maksiat yang tidak sampai mmerusak dasar agama seperti perbuatan dosa-dosa besar, jika seorang muslim melakukan dosa ini ia tidak dianggap kafir.
- Amr bil ma’ruf wannhayu ‘anil mungkar
Prinsip kelima ini banyak berkaitan dengan masalah hokum fikih, bahwa amar makruf nahi mungkar harus dilaksanakan dan ditegakkan.



DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddiqi, Teungku Muhammad Hasbi. 1987. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/kalam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra
Asmuni, Yusron. 1993. Ilmu Tauhid. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://one.indoskripsi.com/node/9486
Rozak, Abdul, dkk. 2009. Ilmu Kalam untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia.

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com