Jumat, 26 Maret 2010

Guru Honorer Berhak Sejahtera

0 komentar
Dikutip dari koran pendidikan: http://www.koranpendidikan.com/artikel/4943/guru-honorer-berhak-sejahtera.html

Sebelum masuk masa reses persidangan, Komisi II DPR RI di akhir Januari lalu menyimpan satu agenda, yakni adanya rencana pemerintah mengangkat 140 ribu tenaga honorer, termasuk guru, menjadi pagawai negeri sipil (PNS). Cukup menjanjikan rencana ini mengingat semua tenaga honorer bisa berharap untuk diangkat; kalaupun bukan statusnya, setidaknya kesejahteraan tidak beda dengan PNS.
Diungkapkan oleh wakil ketua komisi II DPR RI, Taufik Effendi, saat ini pihaknya tengah merumuskan payung hukum berupa peraturan pemerintah yang rencananya akan dibahas usai masa reses DPR pada bulan April. Payung hukum ini membuat tiga kelompok honorer; pertama honorer yang teranulir oleh syarat PP No 48/2005 dan PP No 43/2007 tentang pengangkatan PNS.
Kedua, honorer yang diangkat pejabat pemerintah yang berwenang dan dibayar oleh APBN dan ketiga, honorer yang bukan diangkat oleh pejabat berwenang dan tidak dibayar oleh APBD maupun APBN. “Untuk tenaga honorer yang tidak mungkin diangkat akan dilakukan pendekatan untuk menyamakan dengan yang diangkat menjadi PNS melalui pendekatan untuk kesejahteraan," ujar Taufik.
Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tersebut menjelaskan, definisi pegawai negeri adalah diangkat pejabat yang berwenang dibayar oleh APBD maupun APBN dan bekerja di instansi negeri. "Jadi yang lain itu disesuaikan kalau tidak terwadahi, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kesejahteraan, baik penghasilan maupun jaminan hari tua," ungkapnya
Menyikapi rencana pemerintah pusat ini, tanggapan dari otoritas tenaga pendidik ditingkat daerah nampak beragam. Di Kota Kediri misalnya rencana ini dinilai tidak memiliki imbas banyak pada guru honorer setempat. Pasalnya tanpa ada agenda inipun, pihak pemerintah kota memang memiliki langkah serupa, yakni mengangkat guru honorer yang masih tersisa.
“Pekerjaan rumah pemerintah kota pada guru honorer secara bertahap akan segera selesai. Sebab terhitung sejak 4 Agustus 2009 lalu kita sudah menerapkan kebijakan untuk tidak mengangkat guru honorer, jadi tinggal menyelesaikan yang tersisa,” ungkap Dra Lilik Adzijah MM, Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Kota Kediri.
Sementara Bagi Dinas Pendidikan Kota Malang, rencana pemerintah pusat terkait pengangkatan tenaga honorer, termasuk guru di dalamnya, patut diapresiasi. Pasalnya saat ini untuk kebutuhan pembiayaan bagi guru honorer yang bersumber dari APBD, baik APBD provinsi maupun APBD kota/kabupaten, terbilang memberatkan. Itupun dengan jumlah yang diterima guru honorer sebenarnya tidak terlalu besar.
“Masih ada 8 ribu guru honorer, 2 ribunya ada di sekolah swasta. Dari jumlah ini ada 38 orang yang mendapat pendanaan dari APBD provinsi dan 32 orang dari APBN. Sisanya menjadi tanggungan lembaga dan tentunya ada beberapa bagian yang disubsidi oleh APBD kota, semisal insentif,” jelang Dra Zubaida, kabid fungsional tenaga kependidikan.
Sembari ada rencana pengangkatan ini, oleh Rektor Universitas Wisnuwardhana Prof Dr H Suko Wiyono SH MH, hendaknya pemerintah merumuskan pula kebijakan yang tepat terkait guru honorer. Selama ini guru honorer merasa dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran, namun kenyataan mereka kurang mendapat perhatian bahkan amat jauh berbeda perlakuannya dibanding guru PNS.
“Pemerintah hendaknya berani mengambil kebijakan untuk menghentikan seluruh proses seleksi guru honorer. Sembari itu, pemerintah melakukan pemetaan yang benar atas kebutuhan guru sehingga jumlah kebutuhannya bisa ditentukan dengan tepat. Untuk memenuhi kekurangannya pemerintah bisa membuka satu pintu seleksi sebagai CPNS,” tegas Suko Wiyono. .mas,rer,her-KP

Rabu, 24 Maret 2010

Mendiknas Tegaskan Perlunya Pengembangan Karakter Pribadi

0 komentar
Sumber :http://www.mediaindonesia.com/read/2010/03/19/130415/88/14/Mendiknas-Tegaskan-Perlunya-Pengembangan-Karakter-Pribadi

BEKASI--MI: Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh memberikan kiat kepada siswa SMA/SMK se- Bekasi bagaimana caranya untuk mencapai sukses. "Berusahalah bagaimana mengubah dari angka 1/2 menjadi 2," ungkap Mendiknas dalam acara temu wicara siswa SMK/SMA se-Bekasi di SMA negeri 1 Bekasi, Jumat (19/3).

Mungkin nalurinya sebagai pendidik membuatnya tidak hanya berhenti di situ dalam memaparkan analoginya. Mendiknas menjelaskan kepada siswa, bahwa saat dulu ketika dirinya berlajar Matematika dikenalkan perhitungan bilangan berpangkat. "Angkat setengah (1/2) jika dipangkatkan dengan angka yang semakin besar, maka hasilnya makin kecil. Sebaliknya jika angka 2 dipangkatkan, semakin besar pangkat maka semakin besar juga hasilnya," ungkap Nuh.

Itu menandakan, lanjut Nuh, yang perlu ditingkatkan bukan pangkatnya, melainkan basis bilangannya. Menurutnya, hal itu sama dengan filosofi hidup dalam mencapai kesuksesan. "Jadi, anak-anakku yang perlu ditingkatkan bukan pangkatnya, tapi basis bilangan, yakni karakter pribadinya," lanjut Nuh yang mendampingi Wapres Boediono dalam kunjungan itu.

Disinilah pembangunan karakter, supaya sewaktu-waktu jika diberi pangkat, langsung melambung ke atas. "Kayak angka 10 dipangkat 2, hasilnya langsung bagus," kata Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi KIB I itu.

Muhammad Nuh juga memberikan analogi ketika menjawab pertanyaan seorang siswa mengenai penataran P4 yang sudah lama tidak diajarkan di sekolah. Menurutnya, P4 subtansinya sudah diadopsi dalam mata pelajaran lain. "Kalau sekarang jamannya ATM, bukan berarti uang logam salah dan tidak berlaku," kata Nuh. Artinya, cara belajar juga harus disesuaikan dengan zaman. (ST/OL-03)

Dekan Cup FAI

0 komentar
Dalam rangka menghadapi Rektor Cup, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) UMM menyelenggarakan Dekan Cup (13/3). Kegiatan di buka oleh Dekan FAI, Sunarto di Teras Masjid AR. Fachruddin Lantai 1. Dalam sambutannya, Sunarto berpesan agar mahasiswa FAI bisa meningkatkan kreativitas.
Dalam Rector Cup tahun kemarin, FAI bisa menjadi juara umum III. Perestasi tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk maju ke Rector Cup tahun ini. “Harus berusaha naik ke juara di atasnya,” jelas Sunarto ketika membuka acara.
BEM FAI dalam hal ini bekerja sama dengan Lembaga Semi Otonom (LSO) FAI. Pihak BEM memberikan otoritas penuh untuk menunjuk para juri kepada LSO. Pasalnya, LSO-lah yang menjadi lahan kreativitas mahasiswa FAI. LSO Fagama dalam olah raga, LSO Forum Studi Islam dalam bidang kepenulisan, dan LSO Alif dalam bidang seni dan kaligrafi.
Kegiatan yang bertemakan Gali Potensi, Raih Prestasi Bersama BEM FAI, tersebut disambut hangat oleh mahasiswa FAI. Salah satunya adalah Budi Gunawan. Koordinator Volly tersebut berharap setiap angkatan bisa mengikuti lomba Volly dan lomba-lomba yang lain.
Lomba-lomba yang diselenggarakan ada tiga jenis lomba. Masing-masing olahraga; tennis meja, bola volley dan futsal, Kepenulisan; resensi, artikel, puisi dan esai, seni; nasyid dan kaligrafi. Menurut Ketua BEM FAI, Khairil Anwar, semua jenis lomba tersebut tidak lain hanya untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kreativitas mereka. “Para juara yang ada nanti akan diutus ke Rector Cup,” ungkapnya. rjb

KETIKA POLITIK MULAI “BERGOYANG”

0 komentar
Oleh: Muhammad Rajab*

Akhir-akhir ini Malang digemparkan dengan isu calon Bupati, Inul Daratista. Sosok wanita yang terkenal dengan goyang ngebornya tersebut ingin juga mencicipi dunia perpolitikan. Tak ada salahnya memang, karena setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk menjabat sebagai pemimpin, baik pemimpin daerah, kota, propensi bahkan jadi presiden. Asalkan sanggup dan mempunyai kompetensi yang mumpuni dia berhak mencalonkan dirinya.
Fenomena artis terjun ked dunia politik menjadi tren lima tahun terakhir ini, mulai dari Primus, Dedi Mizwar dan lainnya, termasuk juga Inul Daratista yang sempat menjadikan bumi Indonesia heboh dengan goyang ngebornya beberapa tahun kemarin.
Popularitas artis memang sangat besar di tengah-tengah masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum pemuda dan para remaja yang senang dengan dunia entertainment. Dengan ini, sangat memungkinkan seorang artis yang mengajukan dirinya untuk terjun dalam politik akan mendapatkan pendukung yang banyak dari masyarakat. Bisa dibayangkan, masyarakat Indonesia yang menjadi penggemar dunia hiburan sangat banyak.
Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu pendorong para artis berburu mengejar dunia politik. Mereka dengan percaya diri mencalonkan dirinya dan maju ingin memimpin bangsa. Walaupun terkadang timbul tanda tanya, ada ada di balik semua itu?. Mengapa mereka berani meninggalkan dunia entertainment dan lari ke dunia politik. Padahal, lapangan keduanya sangat kontradiktif, yang pertama dipenuhi dengan kesenangan, sedangkan kedua dipenuhi dengan “pertikaian” , debat dan perebutan massa yang tak jarang menimbulkan konflik fisik.
Para artis juga sangat memungkinkan untuk dipilih oleh masyarakat luas. Hal ini bisa terjadi karena kekecewaan mereka terhadap para politikus sebelumnya. Kekesalan mereka akhirnya menjadikan mereka anti untuk memilih pemimpin sebelumnya. Secara sekilas, realitas yang ada memang menunjukkan bahwa pemimpin kita baik tingkat daerah maupun nasional menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya warga miskin, harga bahan pokok naik dan problem bangsa lainnya.
Dari jenis apapun itu, setiap orang mempunyai hak untuk berpolitik dan memimpin bangsa. Yang terpenting adalah mempunyai kompetensi yang bagus dan mau berbaur dan memperhatikan rakyat bawah serta mengerti tentang aturan-aturan politik. Kalau seorang artis hanya bisanya mengguliti dunia hiburan dan tidak punya bekal kepemimpinan yang baik, mendingan konsen di dunia hiburan saja dan tidak terjun ke politik. Sebab, seorang politikus tidak hanya akan mengurusi dirinya sendiri tapi juga dituntut untuk bisa mengurus orang lain.
Mari kita lihat potret seorang pemimpin di zaman sahabat. Misalkan saja, Umar bin Khattab. Khalifah kedua setelah nabi tersebut telah menunjukkan contoh yang baik untuk para pemimpin. Dia tegas, lemah lembut, dan mau berbaur dengan rakyat bawah. Diceritakan, suatu ketika Umar jalan-jalan berkeliling kota Makkah. Di tengah perjalanan ia mendengar suara tangisan anak-anak. Di hampiri suara tersebut, dan ternyata dia melihat ada seorang ibu yang sedang menggodok sesuatu di sekelilingnya ada anak-anaknya yang sedang menunggu sesuatu tersebut matang.
Umar bertanya kepada ibu tersebut, “wahai ibu, apa yang hendak anda rebus tersebut?,” sang Ibu menjawab, “batu, saya memasaknya untuk membohongi anak-anak saya agar mereka bisa tidur dengan mendengar suara godokan tersebut,”. Mendengar jawaban tersebut Umar langsung bergegas pergi ke Baitul Mal hendak mengambil gandum. Dia membawa gandum untuk diberikan kepada ibu dan anak-anaknya tersebut dengan pundaknya sendiri. Di tengah-tengah perjalanan ada seorang sahabat yang menawarkan diri untuk mengangkat gandum tersebut, namun Umar menolaknya.
Itulah sekilas potret kepemimpinan Umar yang penuh perhatian terhadap rakyat. Yang penting bagi seorang pemimpin adalah bagaimana ia mempunyai rasa empati dan simpati terhadap rakyat lemah. Dari kalangan apapun itu, baik dari artis atau bukan. Karena telah banyak bukti banyak di antara pemimpin kita yang mengkorupsi harta rakyat. Harta yang seharusnya disalurkan kepada masyarakta lari kepada kantong dirinya.
Segala sesuatu mmemang harus dikerjakan berdasarkan ilmu. Termasuk juga dalam berpolitik. Jangan sampai politik kita hanya didorong oleh kepentingan nafsu untuk mendapatkan jabatan dan uang saja, tanpa ada bekal ilmu yang cukup. Pada intinya, semua orang boleh mencalonkan diri sebagai pemimpin, asalkan dengan mempunyai ilmu, jujur, dan bertanggungjawab serta menumbuhkan rasa empati dan simpati kepada rakyat bawah, khususnya rakyat miskin.

Senin, 22 Maret 2010

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

0 komentar

Disusun oleh Arif Sugianto
A. Pendahuluan
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal.
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal.
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada di filsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .
Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme.
Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.
B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

  :
“ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar (QS.Asy-Syura: 52)”
Dan Hadis dari Nabi SAW :
“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya.
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.
Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.
Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Prof. Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.
Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.
F. Penutup.
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997

Pembelajaran dengan Facebook

0 komentar

Ilham Effendi

Memang luar biasa situs jejaring sosial yang dibuat Mark Zuckerberg ini. Facebook bisa menjadi 'virus' yang begitu ganas mewabah jutaan jiwa di seluruh dunia. Memang banyak sekali manfaat dan kelebihan yang dimiliki Facebook jika dibandingkan dengan situs jejaring sosial lain. Layanan yang ditawarkan Facebook terasa sangat lengkap. Facebook memudahkan kita tetap terhubung dengan teman atau kerabat walaupun kita terpisah di bagian belahan dunia lain. Selain itu Facebook juga sering digunakan untuk membangun komunitas hingga kepentingan bisnis.

Sekarang mari kita intip penggunaan Facebook oleh pelajar di Tanah Air. Sungguh ironi, fasilitas Facebook yang kerap digunakan justru fasilitas yang tidak begitu bermanfaat atau hanya sekedar just for fun. Mereka lebih suka memainkan game, kuis yang tidak jelas tujuan dan manfaatnya, atau sekedar chatting dengan topik yang tidak perlu. Kegiatan seperti ini tentu saja akan banyak membuang waktu dan memboroskan uang saja. Melihat kasus ini, lantas siapakah yang patut disalahkan? Sungguh keputusan yang sangat tidak tepat jika kita menyalahkan Facebook itu sendiri. Karena pada dasarnya teknologi itu bersifat netral. Ini semua tergantung dari cara user memanfaatkan layanan tersebut.

Baik, sekarang mari kita ajak para pelajar memanfaatkan facebook ini dengan cara yang lebih positif. Siapa yang mengira bahwa Facebook dapat digunakan untuk mendukung proses belajar. Memang kedengarannya sedikit rumit dalam penerapannya. Namun nyatanya tidak. Penerapannya justru sangat mudah dan bahkan lebih efektif dari cara belajar konvensional.

Contoh penerapannya seperti berikut: Setiap siswa dan guru tentu saja harus memiliki akun Facebook. Adakan pelatihan internet singkat jika perlu. Setelah itu guru bisa memulai membuat blog. Tidak perlu susah-susah mencari aplikasi di Facebook yang bisa membuat blog. Gunakan saja bantuan situs lain yang seperti blogger.com atau wordpress.com karena kedua situs tersebut lebih memudahkan kita dalam membuat blog. Setelah itu guru mempublikasikan blognya melalui Facebook. Guru bisa mencantumkan link blog tadi di halaman profil Facebooknya untuk mempermudah siswa mengakses blog tersebut. Dengan blog ini nantinya, guru dapat dengan mudah menuliskan materi yang diajarnya ke dalam blog. Blog ini bisa berisi tulisan pendukung materi yang telah diajarkan di kelas atau bisa juga disisipi link untuk mendownload materi yang bersangkutan. Kelebihan yang dimiliki blog ini adalah setiap siswa dapat dengan mudah mengakses blog guru dan memberikan komentar dalam postingan yang ada di blog. Jadi siswa bisa dengan mudah memberikan pendapat, ide, atau kritiknya tentang penulisan materi tersebut. Pembuatan blog ini tidak hanya terbatas pada guru. Ada baiknya setiap siswa juga memiliki blog. Hal ini akan memancing kreatifitas siswa dan menambah skill siswa dalam menulis.

Fasilitas Facebook lainnya yang bisa digunakan adalah pembuatan grup. Satu mata pelajaran harus memiliki satu grup dan setiap siswa harus menjadi anggota dari grup ini. Group ini memudahkan guru dalam memberikan pengumuman kepada setiap siswa tentang agenda pembelajaran di sekolah, seperti pemberitahuan akan adanya ulangan atau pemberitahuan batas akhir penyerahan tugas. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan dengan fasilitas “message all member” yang dapat mengirim pesan ke seluruh anggota grup dengan sekali proses saja. Grup ini juga memudahkan siswa dalam mendiskusikan materi yang tercantum di kurikulum. Sebagai contoh adalah mata pelajaran fisika. Guru atau salah satu murid bisa memulai satu buah topik yang akan didiskusikan bersama. Misalnya dibuat topik “Prinsip Bernoulli”. Setiap siswa bisa menambahkan pengetahuan atau pendapatnya tentang Prinsip Bernoulli atau memberikan contoh dari Prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang lain mengkritiki pendapat temannya atau menambahkannya dengan pengetahuan yang lebih banyak lagi. Tugas guru hanya memantau dan memoderatori diskusi tersebut serta meluruskan jika ada konsep yang menyimpang. Ingat! Kegiatan ini bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Tidak hanya pada jam sekolah dan dilakukan di ruang kelas yang sering membosankan siswa.

Fasilitas Facebook berikutnya adalah Kuis. Kuis ini sama halnya seperti angket yang dibuat oleh seseorang dan orang lain bisa mengisinya. Pengisi maupun pembuat angket bisa mendapatkan hasil penilaiannya dengan mudah. Sering kali kuis di Facebook ini dibuat dengan tujuan hanya untuk kesenangan atau iseng. Namun kali ini mari kita optimalkan untuk pembelajaran siswa. Kuis ini bisa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Ada baiknya guru melakukan ini sebagai latihan siswa sebelum menghadapi ulangan. Misalnya guru membuat satu buah kuis kimia dengan tema Larutan Penyangga. Setelah itu guru mengundang setiap muridnya untuk mengerjakan kuis tersebut. Dengan begitu hasilnya dapat dipantau oleh guru dengan mudah karena notifikasinya akan selalu di update otomatis oleh Facebook. Latihan soal seperti ini tentu saja lebih efektif dan memberikan kesan menyenangkan kepada siswa.

Contoh-contoh di atas tadi hanya beberapa saja dari keseluruhan fasilitas. Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas Facebook lainnya untuk mempermudah proses pembelajaran. Semua bergantung pada tingkat pengetahuan dan penguasaan kita dalam menggunakan layanan-layanan tersebut.

Mungkin permasalahannya adalah mengenai akses internetnya. Apakah semua siswa harus memiliki koneksi internet di rumahnya? Jika tidak, bukankah tarif-tarif yang ada di warnet masih terbilang mahal untuk saku pelajar? Tenang saja, Facebook juga bisa diakses melalui perangkat seluler (handphone) yang support dengan GPRS dengan tarif yang cukup murah. Melihat zaman yang semakin maju ini, rasanya handphone dengan dukungan GPRS sudah bukan barang mewah lagi. Semua siswa bisa memiliki perangkat ini tanpa merogoh kocek dalam-dalam.

Fatwa Haram Rokok Perlu dikaji Ulang

0 komentar

Kajian Ilmiah Forsifa FAI

Tersebarnya fatwa haram rokok yang difatwakan oleh PP. Muhammadiyah telah menuai kontroversi di tengah-tengah masyarakat. Berbagai macam kajian ulang dilakukan oleh para akademisi dan para ulama’ Fikih. Salah satunya Forum Studi Islam Fakultas Agama Islam (Forsifa). Bertempat di Taman Baca depan GKB 1 Forsifa menyelenggarakan kajian dengan tema “Menanggapi Fatwa Haram Rokok” (20/03).
Acara kajian ilmiyah yang dihadiri oleh 15 mahasiswa tersebut menghadirkan Ahda Bina Alfianto, dosen Syari’ah FAI. Mula-mula acara dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Quran yang kemudian langsung dilanjutkan ke pembahasan masalah rokok ditinjau dari berbagai aspek. Diskusi ini disambut hangat oleh mahasiswa yang hadir.
Ahda menjelaskan, fatwa haram rokok perlu dikaji kembali. Pasalnya, banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Baik dari aspek ekonomi, social, maupun hukum fikih. Nasib para buruh yang bekerja di pabrik rokok juga harus dipertimbangkan. “Walaupun secara pribadi saya setuju bahwa rokok tersebut telah banyak membawa kerusakan pada fisik,” katanya.
Jika dilihat dari aspek hukum Islam, maka setidaknya ada dua macam sumber hukum; sumber hukum yang tidak dipersilisihkan yaitu al-Quran dan al-hadits, dan sumber hokum yang diperselisihkan yaitu qiyas, maslahah mursalah, al-urf, syar’un man qablana dan lainnya.
Menurut Ahda, dalam al-Quran dan al-Hadits tidak ada penjelasan tentang larangan merokok secara langsung. Karena permasalahan rokok memang merupakan permasalahan kontemporer. Tapi para sebagian ulama’ kontemporer menyatakan tidak boleh melihat banyak kerusakan yang diakibatkan oleh rokok. Sebagian yang lain hanya pada mengatkan makruh (dibenci).
Jika melihat fikih prioritas Yusuf Qardhawi, maka rokok bisa haram karena lebih banyak mudharat-nya dari pada mashlahat-nya. Tapi tingkat keharamannya tidak sama dengan haramnya khamer yang jelas-jelas diharamkan dalam al-Quran. “Meninggalkan mafasid (sesuatu yang merusak) lebih didahulukan dari pada mengambil mashaalih (kebaikan),” ungkap Ahda menjelaskan kaidah ushul-nya.
Pita Anjarsari setuju dengan pendapat Ahda. Menurutnya, sebelum mengharamkan secara menyeluruh perlu pertimbangan social ekonomi juga. “Tapi sebisa mungkin dijauhi karena dapat merusak kesehatan,” ujarnya. rjb

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com