Jumat, 04 Desember 2009

AGAR TUHAN MENYAPA KITA



Judul buku : Menyerap Energi Ketuhanan
Penulis : Musa Kazhim dan Alfian Hamzah
Penerbit : Hikmah
Cetakan I : 2009
Tebal : 264 halaman
Peresensi : Muhammad Rajab*
Kebersamaan Tuhan dalam diri dan mendapatkan bimbingan-Nya adalah harapan setiap manusia, khususnya mereka yang muslim. Walaupun pada kenyataannya mereka terkadang lalai dari Tuhan mereka. Namun, hakikatnya dalam diri dan hati nurani mereka tetap ada keinginan untuk merasakan kenikmatan bersama dengan bimbinngan Tuhan. Hal inilah yang menjadikan kebanyakan orang mencari banyak jalan menuju ketenangan bersama Tuhan.
Saat ini banyak orang yang berlomba-lomba ingin mendapatkan ketenangan dan kenikmatan dengan mengarungi nilai-nilai spirituallitas keagamaan. Seperti misalnya, muncul sekarang pelatihan solat khusu’ oleh Abu Sangkan, pelatihan atau training kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang dibimbing oleh Ary Ginanjar Agustian. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan ketenangan batin bersama ilahi.
Ironisnya, banyak tindakan tidak wajar yang dilakukan oleh sebagian kalangan penduduk, baik di Indonesia sendiri ataupun di negara lain dikarenakan ketidakpuasan terhadap hidup yang ditempuhnya. Seperti, bunuh diri. Kejadian semacam ini bukan hal asing lagi di telinga kita. Selain ketidakpuasan terhadap hidup mereka, juga disebabkan oleh kekososngan mereka dari energi ketuhanan. Dalam artian, bimbingan ketuhanan dalam diri mereka sangat jauh dikarenakan perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukannya.
Buku yang berjudul Menyerap Energi Ketuhanan yang ditulis oleh Musa Kazhim dan Alfian Hamzah ini merupakan sebuah jawaban bagaimana mendapatkan kebersamaan dengan Tuhan melalui doa-doa yang kita panjatkan kepada-Nya. Selain itu, buku ini juga mengajak kita bagaimana menyerap dan mendapatkan energi ketuhanan sehingga bisa nampak dan terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari kita dalam bentuk perbuatan dan amal shaleh.
Selain itu, buku ini akan memberi kita resep ampuh memiliki kerelaan dan kesiapan menghadapi pasang surut kehidupan. Hal ini terlihat dari doa-doa yang tertulis ada dalam buku ini. Tak sebatas doa dan terjemahannya saja, tapi buku ini memberikan syarh (penjelasan) yang komprehensif tentang makna dan kandungan doa tersebut. Sehingga bisa memudahkan pembaca untuk memahami kandungan dan intisari dari do’a-do’a yang ada. Menariknya, buku ini dilengkapi dengan kisah-kisah tentang kekuatan doa para hamba Allah SWT.
Misalnya, ada sebuah kisah yang disebutkan dalam buku ini terkait dengan kekuatan sebuah doa. Ini kisah seorang pelacur di Mesir. Menjelang malam, dia biasa membuka jendela biliknya untuk menjerat hidung belang yang melintas di jalanan. Dia tak pernah gagal menaklukkan siapapun yang menatapnya. Parasnya memang jelita laksana mantara yang mematikan.
Suatu kali, seorang lelaki ‘abid (ahli ibadah) melintas di depan rumahnya. Tak sengaja ‘abid ini melirik ke wajah pelacur jelita tersebut. Kontan kedua kakinya tak mampu berjalan. Dia bergegas menghampiri rumah pelacur itu dengan nafsu yang membuncah. Di depan rumah seorang penjaga menahannya. “Berikan 10 dinar terlebih dahulu baru kuizinkan masuk”. Karena tak punya uang sebanyak itu, ‘abid lari ke pasar terdekat menjual barang berharga miliknya dan kembali ke tempat tadi. Setelah masuk ke bilik pelacur dan hendak membuka pakainnya, tubuhnya tiba-tiba bergetar keras. Dia teringat Allah SWT.
“Apa yang terjadi padamu,” kata sang pelacur. “Buang pikiran aneh-aneh dan nikmatilah tubuhku.” Tapi ‘abid itu menampik dan mengatakan, “di sini Allah hadir dan mengawasi, aku takut kepada-Nya.” Keheranan pelacur itu terus bertambah karena banyak orang yang menginginkan tubuhnya sementara mereka tidak punya uang, sementara si ‘abid sudah membayar tapi kehilangan hasratnya kepadanya. “Biarkan aku pergi, uang yang telah kubayar akan kuhadiahkan kepadamu,” kata sang ‘abid kepada pelacur itu.
Begitu keluar si ‘abid meraung seperti orang gila. Dia menyesali niatnya berbuat dosa dan ketidakmampuannya menahan hawa nafsu. Melihat kenyataan itu sang pelacur terkulai lemas dan membatin “celakalah diriku!, dia adalah hamba Allah yang tak pernah berbuat dosa. Baru berniat melakukan dosa kondisinya mendadak berubah seperti itu, lalu bagaimana dengan diriku yang bertahun-tahun telah melakukan dosa seperti ini, alangkah celakanya diriku!,”
Pelacur itu pun larut dalam penyesalan. Dia bertekad menemukan ‘abid itu untuk menyatakan tobatnya. Terlintas pula di benaknya kalau-kalau si ‘abid ini mau menikahinya. Dia akhirnya menemukan alamat ‘abid itu. Tapi pertemuan mereka berakhir tragis. Begitu melihat pelacur di depan pintu rumah, sang ‘abid berteriak ketakutan dan jatuh pingsan. Tak berapa lama bahkan dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Pelacur itu tak menduka keadaan akan seperti ini. Dalam linangan air mata, dia berdoa, “Ya Allah, aku menyesali seluruh dosaku yang lalu. Aku mendatangi ‘abid ini untuk menikahinya dan menutup lembar masa laluku. Kini kau ambil dia, maka ambillah juga nyawaku agar aku bisa bertemu dengannya di alam sana.” Selesai mengucapkan doanya, Allah mencabut nyawa sang pelacur.
Kisah itu merupakan salah satu bagian dari kisah-kisah hikmah yang ada dalam buku ini. Dan salah satu letak keindahan dan keunikan buku ini adalah pada kisah-kisah tersebut. Pasalnya, setiap dalam pembahasan buku ini disertai dengan satu kisah yang mengandung banyak pelajaran untuk kehidupan seorang yang ingin mengharapkan kebersamaan dengan Tuhan.
Buku ini juga disertai dengan lampiran doa-doa yang bisa kita baca setiap hari untuk mendapatkan kemuliaan dan ketenangan bersama Tuhan. Pada intinya buku ini memberikan solusi bagi siapa saja yang ingin mendapatkan ‘sapaan’ atau bimbingan Tuhan. Sehingga, sudah selayaknya buku ini menjadi konsumsi setiap muslim, khususnya di tengah-tengah kondisi umat yang sudah mulai jauh dari nilai-nilai spiritualitas.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com