Sabtu, 05 Desember 2009

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN SHODAQOH; UPAYA MENGENTASKAN KEMISKINAN




Oleh:Muhammad Rajab

ABSTRAK
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan. Mayoritas masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, perlu penanganan serius dari pemerintah supaya mereka dapat terhindar dari kondisi buruk tersebut. Adapun metode yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan adalah memberdayakan shodaqoh. Pemberdayaannya dapat dilaksanakan dengan memenejnya dengan baik dan benar, mulai dari penarikan hingga penyalurannya kepada masyarakat miskin.

Kata kunci: optimalisasi, shodaqoh, kemiskinan
PEMBAHASAN
Secara sosiologis, shodaqoh memiliki makna penting dalam membangun kehidupan yang harmonis di masyarakat. Ini telah dibuktikan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya dalam menciptakan rasa kasih sayang antarsesama mereka. Seperti yang terjadi pada kaum anshor (pengikut nabi yang ada di Madinah) saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, para sahabat anshor langsung menyambutnya dengan senang hati dan memberikan separuh harta mereka kepada kaum muhajirin (pengikut nabi yang hijrah dari Makkah ke Madinah).
Selain itu, ditinjau dari segi ekonomis, shodaqoh mempunyai peran penting dalam membantu masyarakat miskin yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena pada hakikatnya objek utama shodaqoh adalah orang-orang miskin, walaupun masih banyak yang lain, namun yang paling utama adalah orang fakir dan miskin.
Peranan shodaqoh semakin pengaruh atau kontribusi signifikan jika dihubungkan dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang. Mayoritas masyarakat Indonesia saat ini berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Wapres bahwa jumlah angka kemiskinan di Indonesia mencapai 30 juta jiwa.
Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat jumlah kemiskinan mengalami kenaikan. Jika tahun 2006 tercatat 786.700 keluarga miskin, tetapi pada awal tahun 2008 menjadi 886.000 keluarga. Jika satu keluarga terdiri dari suami, istri, dan satu anak, maka jumlah orang miskin di Banten mencapai 2.685.000 orang, dari 9,5 juta penduduk Banten.
Kondisi seperti itu memberikan implikasi yang buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Di ataranya, seperti bertambahnya anak balita yang kekurangan gizi atau yang mengalami gizi buruk. Kondisi mereka dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan. Menurut data secara global di Indonesia tahun 2006 kasus balita yang terkena gizi buruk mencapai angka 4,2 juta jiwa.
Selain itu, contoh dampak dari kemiskinan juga adalah peristiwa yang terjadi di Makasar pada tahun 2007 lalu. Yaitu, Kematian seorang ibu hamil dan anaknya akibat kelaparan. Padahal, dana yang dianggarkan pemerintah untuk penanganan gizi buruk tidak sedikit. Pada tahun 2007, dana yang diberikan oleh pemerintah pusat ke daerah itu mencapai Rp 600 miliar.
Jika diteliti lebih jauh ada beberapa penyebab yang menimbulkan kemiskinan, menurut Ali Yafie bahwa beberapa penyebab tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan
Kelemahan di sini meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan akal atau ilmu, serta kelemahan fisik. Semuanya mengurangi daya pilih dan daya upaya manusia sehingga tidak mampu menjalani fungsinya sebagai pembuat, pembangun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Kemalasan
Tidak diragukan lagi bahwa sifat ini merupakan pangkal dari kemiskinan. Karena orang yang sedikit ilmunya itu disebabkan oleh kemalasan, dan akhirnya memberikan implikasi negatif terhadap kondisi ekonominya. Maka sangat tepat apa yang dikatakan pepatah bahwa akhir dari kemalasan adalah penyesalan.

3. Ketakutan
Rasa takut yang dimaksudkan adalah takut untuk mencoba dalam memulai sesuatu. Hal ini merupakan salah satu penyebab dari kegagalan. Dalam hal ekonomi, rasa takut dapat menjadi salah satu penyebab dari kegagalan seseorang dalam berbisnis sehingga menyebabkan kemiskinan. Orang-orang yang kaya itu pada awalnya didasari oleh mental berani dalam mencoba berbisnis atau dalam merintis pekerjaan lainnya.
4. Kepelitan
Hal ini banyak bersangkutan dengan orang yang kaya. Dengan sifatnya yan pelit menjadikan saudara atau tetangganya yang kurang mampu terus berada dalam kemiskinan. Sehingga yang kaya tambah kaya dan yang miskin tambah miskin.
5. Tertindih hutang
Terdapat banyak peringatan dalam ajaran Islam untuk berhati-hati supaya jangan sampai terjerat hutang. Karena hutang sangat membelenggu kebebasan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan membiaya hidupnya dari utang akan sulit sekali mengangkat dirinya dari lumpur kemiskinan.
6. Diperas atau dikuasai oleh sesama manusia
Hal ini juga merupakan penyebab timbulnya banyak penderitaan dan kemelaratan, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat masyarakat, bangsa dan negara. Pemerasan manusia kuat menimbulkan sistem perbudakan, dan pemerasan manusia kaya menimbulkan sistem riba. Pemerasan pada tingkat masyarakat, bangsa dan negara menimbulkan sistem kapitaslisme. Kenyataan yang ada di negeri-negeri jajahan membuktikan dengan jelas betapa besar kemiskinan yang memelaratkan masyarakat berabad-abad lamanya sebagai akibat langsung dari sistem kapitalisme.
Adapun menurut Soerjano Soekarno bahwa secara sosiologis timbulnya kemiskinan disebabkan oleh lembaga kemasyarakatan yang tidak berfungsi dengan baik, khususnya lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.
Melihat fenomena di atas, maka sangat penting bagi penulis untuk membahas tentang tema ini. Ini dimaksudkan supaya pemerintah khususnya dan masyarakat pada umumnya lebih memahami akan urgensi shodaqoh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta dalam perbaikan-perbaikan ekonomi, khususnya dalam mengatasi kemiskinan.
Shodaqoh yang secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti memberikan harta, dan secara termonologis yang berarti memberikan harta kepada orang lain dengan niat karena Allah SWT. Ini menjadi solusi terbaik untuk mengangkat kemiskinan.
Menurut perspektif Islam bahwa pada hakikatnya harta yang dimiliki seseorang merupakan titipan dari Allah SWT, yang kelak akan dikembalikan kepadanya. Di dalam harta tersebut terdapat hak bagi orang-orang yang tidak mampu. Sehingga wajib bagi yang mampu untuk menyalurkan hartanya kepada yang berhak.
Shodaqoh merupakan salah satu cara yang efisien dalam menyalurkan harta yang dimiliki oleh seseorang kepada orang yang membutuhkan. Karena jika dilihat lebih jauh, ada dua kandungan besar yang terdapat di dalam shodaqoh. Yaitu, kandungan vertikal dan dan kandungan horizontal.
Kandungan vertikal nampak dalam hubungan seseorang dengan Sang Pencipta (hablum minallah). Seseorang yang mengeluarkan hartanya untuk orang miskin atau orang lain yang membutuhkannya, maka dia akan mendapat balasan yang layak dari Allah SWT berupa pahala. Ini sebagai bekal di kehidupan abadi nanti.
Adapun kandungan horizontal nampak dalam hubungan sosial seseorang dengan sesama (hablum minannas). Secara tidak langsung, jika antar yang satu dengan yang lain saling memberi, dalam artian bahwa yang mempunyai kelebihan harta memberikan kepada yang kekurangan harta (miskin), maka akan terjalin rasa kasih sayang antar sesama. Sehingga kondisi sosial dalam masyarakat akan menjadi tentram dan harmonis.
Dengan demikian bagi ummat Islam shodaqoh merupakan satu keharusan yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang mampu. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan pernah berkata ketika menafsirkan surat Ali-Imron ayat 92 bahwa jika seseorang belum berani melukai kulitnya, maka dia tidak dikatakan muslim sejati. Maksudnya, jika orang Islam itu belum berani menyerahkan harta yang paling dicintai untuk kepentingan Islam, sesungguhnya keislamnya masih diragukan (belum kaffah).
Jika dikaitkan dengan kondisi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sekarang, maka shodaqoh memberikan pengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat, utamanya bagi masyarakat miskin. Adapun beberapa pengaruh tersebut adalah:
1. Pemenuhan kebutuhan pokok
Eksistensi shodaqoh memberikan pengaruh besar bagi masyarakat miskin yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya. Dengan adanya shodaqoh masyarakat yang tidak mampu bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya, (QS. At-Taubah: 60).
Para pengemis yang ada di jalanan merupakan salah satu bukti nyata orang yang menggantungan hidupnya pada pemberian orang lain. Jika ini tidak mendapatkan uluran tangan dari orang lain, khususnya orang yang kaya, maka dia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Oleh karena itu, sangat penting eksistensi shodaqoh walaupun hanya dengan mengeluarkan uang seratus rupiah.
2. Memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan
Banyaknya penganguran di negeri ini menjadikan masyarakat Indonesia ke depan semakin miskin. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya ekonomi yang dimilikinya, sehingga tidak ada uang untuk dijadikan modal dalam bekerja. Maka dari itu, shodaqoh memiliki peran penting dalam memberikan modal kepada mereka supaya mereka bisa membuka pekerjaan baru dan bisa mengakhiri kemiskinannya.
3. Menciptakan masyarakat yang harmonis.
Masyarakat yang tentram adalah dambaan setiap kelompok. Tidak ada satu kelompok pun yang tidak ingin kelompoknya menjadi kelompok yang harmonis, saling mencintai dan saling membantu antara satu individu dengan individu yang lain. Oleh karena, itu salah satu cara untuk menjadikan masyarakat yang harmonis adalah meningkatkan rasa kasih sayang antar mereka dengan memberdayakan budaya saling membantu antara yang satu dengan yang lain, baik secara materiil maupun nonmateriil.
Dari beberapa uraian di atas tentang kondisi ekonomi masyarkat Indonesia, serta urgensi shodaqoh, maka solusi yang tepat untuk dicermati dan diaplikasikan dengan maksimal adalah efisiensi shodaqoh. Ini dimaksudkan untuk mengentaskan masyarakat miskin dari kemiskinan mereka. Adapun pelaksanaan shodaqoh di atas dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu melalui individu dan pemerintah.
Melalui individu yang perlu ditingkatkan adalah kesadaran bagi orang-orang yang kaya, hendaknya mereka mempunyai empati dan simpati terhadap saudaranya yang miskin. Yaitu, dengan memberikan bantuan secara finansial kepada yang miskin. Ini dilaksanakan secara langsung antar individu tanpa melalui lembaga tertentu.
Adapun melalui pemerintah yang perlu ditingkatkan adalah memaksimalkan bantuan dana dan subsidi kepada rakyat miskin. Ini bisa disalurkan melalui lembaga-lembaga sosial tertentu, terutama lembaga di bidang ekonomi. Dan lembaga tersebut yang menyalurkannya kepada masyarakat miskin.
Menejemen shodaqoh
Dalam upaya mengentaskan kemiskinan, shodaqoh perlu dimenej sebaik mungkin. Dari penarikan hingga penyalurannya kepada masyarakat. Ini dimaksudkan untuk memaksimalkan peran pemberdayaannya dalam kehidupan masyarakat.
Menejemen dalam penarikan shodaqoh yang dapat dilaksanakan adalah dengan menarik masyarakat untuk bekerja sama dalam sebuah usaha. Dalam hal ini, mereka yang bekerja dalam usaha tersebut ditarik uang shodaqoh dengan memotong gajinya perbulan.
Penarikan semacam ini lebih mudah jika dibandingkan dengan penarikan perorang secara langsung. Karena selain meringankan bagi pihak penyalur shodaqoh, juga meringankan bagi yang mengeluarkannya.
Adapun cara penyaluran shodaqoh yang efektif kepada masyarakat miskin adalah dengan tidak membagikannya secara merata. Tapi perlu melihat kondisi mereka masing-masing. Dipilih di antara mereka yang memungkinkan dapat memanfaatkan harta tersebut untuk membuka usaha dengan tidak menelantarkan yang lain. Dalam artian bahwa harta shodaqoh tersebut tetap dibagikan kepada setiap orang miskin, akan tetapi dipilih satu atau dua di antara mereka yang dianggap dapat mengembangkan harta yang ada dengan membuka usaha. Dari usaha yang dijalaninya tersebut diharapkan bisa membantu yang lain untuk membuka usaha baru ketika usaha yang pertama berkembang.
Jika uang yang ada dibagikan secara merata kepada masyarkat miskin, maka hasilnya tidak akan maksimal, khususnya dalam upaya mengentaskan kemiskinan tersebut. Karena masing-masing mendapatkan uang yang hanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya saja, disebabkan uang yang ada sangat terbatas.
Pada intinya bahwa cara penyaluran shodaqoh yang efektif dalam mengentaskan kemiskinan adalah dengan membuka peluang usaha kepada masyarakat miskin. Karena mengentaskan kemiskinan membutuhkan waktu yang singkat, akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup panjang dan berkelanjutan. Dengan demikian jika dibuka usaha kepada mereka dan mereka bisa mengembangkannya, maka ke depan dia tidak akan lagi menderita karena tidak mendapatkan pekerjaan.


DAFTAR PUSTAKA
Ghafur, Wahyono Abdul. 2005. Tafsir Sosial. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Khozin. 2004. Refleksi Keberagamaan dari Kepekaan Teologis Menuju Kepekaan Sosial. Malang: UMM Press.
Qurrata. Anggaran Untuk Gizi Buruk Rp 600 miliar. (online) http://ayok.wordpress.com/2008/03/10/menkes-anggaran-untuk-gizi-buruk-rp-600-miliar/ (diakses 28 Maret 2008)
Soekarno, Soejarno. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yafie, Ali. 1994. Menggagas Fiqih Sosial. Bandung: Mizan.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com