Sabtu, 05 Desember 2009

Laskar Pelangi telah Berlalu


Oleh: Kastur Eko Prasetyo*

Beberapa bulan yang lalu, dunia perfilman, kepenulisan, media massa, dan pendidikan sempat disulut oleh bergejolak dengan semangat yang dialirkan oleh novel laskar pelangi, dan puncaknya dengan diluncurkannya film yang berkisah tentang semangat sepuluh orang siswa SD Muhammadiyah. Banyak orang menyatakan bahwa film tersebut memberikan motivasi besar dan luhur, memotivasi kita agar selalu bercita-cita setinggi mungkin, karena dengan cita-cita yang tinggi seseorang akan melakukkan tindakan-tindakan yang besar pula untuk mencapai impiannya itu.

Semua orang berbondong-bondong berlomba membaca novelnya dan rela mengantre berjam-jam untuk melihat aksi sepuluh anak anggota laskar pelangi dilayar bioskop, bahkan banyak mahasiswa yang mengorbankan jam kuliahnya demi untuk menontonnya . Setiap orang yang telah menyaksikan film yang digarap di pulau belitung itu, dibuat terpsona, terharu, dan bersemangat untuk bermimpi.
Namun sekarang, seiring dengan mulai redupnya gejolak riuh pesona laskar pelangi, kita menanti harapan besar dari suntikan energi motivasi untuk menggapai masa depan yang disampaikan oleh film tersebut, terutama dalam bidang pendidikan. Tidak hanya cukup bermimpi untuk mendapatkan cita-cita, namun benar-benar bekerja keras dalam berusaha untuk mendapatkann pendidikan tertunggi yang merupakan dasar tumpuan bangsa.

Pendidikan merupakan pondasi terciptanya bangsa yang maju. Pendidikan berusaha untuk mencetak kader-kader yang berkompeten agar dapat menghadapi kehidupan mendatang dengan lebih baik dan mandiri. Terlebih dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dengan pesatnya, tentu harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang pasti akan dihadapi di masa depan dan mungkin belum pernah ada dijaman sekarang
Orang mengatakan bahwa teknologi yang canggih ibarat belati, jika penggunanya adalah ibu rumah tangga atau panjagal daging, maka akan bermanfaat dalam artian positif. Namun jika pisau ada ditangan seorang perampok, maka akan membahayakan bagi orang lain. Begitu juga dengan “ kepandaian”, jika “kepandaian” berada dalam otak orang yang tidak mempunyai akhlak yang mulia, maka ia akan menggunakan kepandaiannya untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Namun jika seorang yang pandai juga dibarengi dengan akhlak yang mulia maka “kepandaian”-nya akan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Kita tidak boleh melupakan bahwa para koruptor adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi.

Dan kita mengharapkan, pesan-pesan yang disampaikan dalam laskar pelangi, pendidikan yang tidak hanya mengutamakan faktor kognitif atau kecerdasan intelektual saja, namun juga pendidikan budi pekerti, dapat membekas dihati para peserta didik, guru, dan semua pihak yang bersentuhan dengan pendidikan. Sehingga generasi penerus bangsa dapat muncul dengan semangat pembangunan dan solidaritas tinggi demi memajukan bangsa.
Kita mengetahui bahwa motivasi sekolah masyarakat Indonesia yang rendah masih menjadi momok yang menghantui. Hal itu akan menjadi masalah yang serius jika tidak segera dicari solusinya. Namun demikian, kemiskinan tetap menjadi faktor utama yang menjadi penghambat laju keberhasilan pendidikan di Indonesia, karena faktor ekonomi selalu merembet keberbagai bidang lain. Dan seperti diungkapkan diatas, bahwa perkembangan teknologi telah menyeret para pemuda kepada dunia yang tidak inovativ, dan berimplikasi dikesampingkannya pendidikan formal yang sebenarnya lebih dibutuhkan.

Pemerintah telah berupaya unuk meningkatkan mutu pendidikan. Alokasi 20 % APBN merupakan langkah strategis yang diambil, dan sebenarnya memang iulah yang harus dilakukan, peningkatan nilai standar ujian nasional, sertifikasi guru, bantuan dana BOS ( bantuan operasional sekolah), dan beasiswa-beasiwa yang diberikan pemerintah seharusnya mampu memacu generasi bangsa untuk bersekolah.
Mungkin memang pandangan bahwa bersekolah terlalu sulit, sudah menjadi mindset / pola pikir masyarakat kita, sehingga subtansi dari menuntut ilmu tidak dapat dirasakan.Subtansi dari pendidikan adalah untuk memunculkan generasi bangsa yang terdidik, selain untuk membangun kembali negara ini, juga untuk menciptakan sebuah masyarakat yang berperadaban.

Sekarang, yang menjadi PR bagi kita semua adalah bagaimana menjadikan anak Indonesia bersemangat untuk mengisi kepala-kepala mereka dengam ilmu dan mengubah pola pandang bahwa pendidikan itu terlalu sulit untuk dijalani, minimal generasi muda mau berangkat ke sekolah dengan rasa senang tanpa ada intruksi. Sehingga semangat "laskar pelangi" dapat benar-benar terwujud, tidak sekedar lewat begitu saja, harapannya akan lahir "lintang-lintang" yang baru yang akan memajukan bangsa Indonesia.

4 komentar:

dygunawan on 11 Januari 2010 pukul 04.49 mengatakan...

kita butuhguru-guru seperti yang ada di film laskar pelangi. itulah pahlawan tanpa jasa.

Muhammad Rajab on 11 Januari 2010 pukul 05.43 mengatakan...

Ya kamu ja yang jadi guru...

usdha maryana on 11 Januari 2010 pukul 23.33 mengatakan...

jangan memberikan tugas mulia kepada orang lain lain. karena kesempatan tidak datang dua kali

usdha maryana on 11 Januari 2010 pukul 23.35 mengatakan...

asssssssssss
semangat dan tlong lebih dipublikasikan

Posting Komentar

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com