Selasa, 16 Maret 2010

ANALISIS PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI INGGRIS DAN PENDIDIKAN ISLAM


Disusun oleh:
Muhammad Rajab (07110037)

Berbicara aliran atau landasan filsafat pendidikan di Inggris, maka tidak salah kalau memulai dari sejarah Reformasi Anglikan di Inggris. Hal itu dimulai dengan perseteruan warga Tudor denngan gereja Roma dengan gereja Roma tidak ditujukan untuk meningkatkan kepentingan kebebasan beragama. Sepanjang hayatnya Henry VIII tetap memegang komitmen keagamaan yang kuat. Konon setiap hari dia menghadiri misa, bahkan ketika melakukan penyerangan militer dan perjalanan panjang lainnya.
Perselisihannya dengan Roma berkisar pada raja atau Paus yang memegang kekuasaan tertinggi di Inggris. Atas supremasi ini Henry VIII menerima wewenang untuk membersihkan gereja, sekolah dan pemerintahan. Dengan menegaskan bahwa supremasi terletak pada raja. Henry VIII mengganti sistem gereja menjadi gereja Inggris (Church of England) dengan raja inggris sebagai kepalanya. Di bawah pemerintahan Elizabet I, perubahan ini diresmikan oleh parlemen denngan undang-undang supremasi dan undang-undang keseragaman.
Kini gereja Inggris mewarisi hak istimewa, tugas dan tanggung jawab di bidang pendidikan dan tadinya di pegang gereja Roma. Teologi anglikan dan ulama gereja Anglikan mendominasi kancah universitas. Ulama gereja Anglikan melakukan tugas pengawasan atas grammer school dan memberikan pengajaran agama di paroki gereja. Namun, tempat-tempat yang mengajarkan dasar-dasar membaca, menulis dan matematika sederhana untuk rakyat hanya sedikit, dan wangsa Tudor tidak berminat membuka sekolah yang mengajarkan materi-materi seperti itu.
Ada tiga prinsip pedoman yang diberlakukan dari abad ke-15 sampai abad ke-19. Pertama, ketetapan dalam undang-undang supremasi yang memberikan supremasi kepada raja untuk urusan gereja maupun urusan sipil. Undang-undang tersebut menyatakan pendirian sekolah yang sah harus memiliki piagam resmi dari raja atau surat izin dari seorang uskup gereja Inggris.
Prinsip kedua, termuat dalam undang-undang keseragaman, yaitu sekolah yang tidak mau menyesuaikan diri dengan doktrin dan kebiasaan gereja Inggris tidak akan mendapatkan izin. Untuk itu semua harus memperoleh surat izin dari uskup atau wakilnya yang telah ditunjuk. Ulama gereja Anglikan diperintahkan untuk senantiasa mengawasi segala aktivitas pengajaran yang diadakan di sekolah wilayah gereja guna memastikan bahwa sekolah tidak memberikan pelajaran yang menyimpang dari ajaran ortodok.
Prisnsip ketiga menetapkan keluarga sebagai kelompok yang secara financial bertanggung jawab atas pendidikan. Sesuai prinsip ini, wajib hadir di sekolah tidak diberlakukan di Inggris untuk waktu lama, sementara Negara-negara Protestan di Eropa sudah memberlakukan untuk undang-undang itu. Baik warga Tudormaupun para penggantinyatidak membentuk suatu lembaga nasional untuk mengurusi pendidikan.
1. Empirisme di Inggris
Tokoh aliran Empirisme adalah John Lock, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin), yang menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya: Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Contoh lain, ketika dua anak kembar sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung.
Adanya aliran ini yang diprkarsai oleh tokoh John Lokc ini akhirnya dapat memicu perkembangan pendidikan di Inggris. Karena dampak dari pendidikan yang menganut aliran ini adalah menempatkan usaha dan kerja keras untuk melakukan sesuatu. Hal ini terbukti dengan banyaknya perkembangan yang ada di Inggris, khususnya dalam bidang pendidikan.
Pada tahun 1870-an Inggris mengalami perkembangan dalam bidang pendidikan, baik perkembangan administratif maupun perkembangan kelembagaan. Perkembanngan tersebut bermula pada saat transisi dari system pendidikan swasta ke system pendidikan nasional dipandu selangkah demi selangkah melalui hak perluasan masyarakat pekerja. Walaupun tidak memuaskan dalam memberikan hak suara pada semua laki-laki dewasa, undang-undang reformasi tahun 1867 memungkinkan kelas pekerja mengendalikan keseimbangan kekuasaan antara partai liberal dan partai konservatif dalam house of commends.
Setelah itu baik pemerintah liberal maupun pemerintah konservatif tidak berani bertinndak tanpa mempertimbangkan keinginan masyarakat pekerja. Pada saatnya, kelas pekerja memutuskan untuk independent secara politik dan membentuk partai buruh. Upaya partai itu untuk memperbaiki keadaan melalui instansi-instansi pemerintah pertama-tama menghasilkan serangkaian undang-undang ketenagakerjaan dan reformasi pendidikan, juga nasionalisasi transportasi dan beberapa industri utama, pengenalan perawatan nasional, berbagai jenis program asuransi, dan layanan kesejahteraan lain setelah perang dunia II.
Meningkatnya jumlah pelayanan pemerintah tak pelak memerlukan penigkatan pendidikan masyarakat semua individu yang memungkinkan mereka mengelola dan memanfaatkan instansi-instansi baru secara bijaksana. Oleh karena itu sekolah-sekolah di Inggris tidak lagi diizinkan membatasi pengajaran hanya pada dasar-dasar kepercayaan sekte dan kemampuan baca tulis yang diperlukan untuk membaca dan menulis dalam bahasa ibu.
Perkembangan adiministratif juga Nampak di Inggris denga adanya undang-undang pendidikan tahun 1870 yang menyerahkan pendidikan ke tangan inisiatif local. Sebagai hasilnya, daerah-daerah yang paling sedikit memperoleh informasi tentang pendidikan tetap kekurangan fasilitas. Namun, sintimen public mulai berpihak pada wajib belajar gratis di sekolah.
Tak hanya itu adanya undang-undang pendidikan tahun 1970 adalah besarnya peningkatan pada sekolah-sekolah dasar. Tidak hanya seklah negeri yang didirikan untuk pertama kalinya, tetapi badan-badan swasta yang menyelenggarakan sekolah amal juga didorong melalui persaingan ini untuk melipatgandakan usaha-usaha mereka. Namun banyak daerah yang tetap tidak mempunyai sekolah karena komunitas loka tidak diwajibkan memilih dewan sekolah atau dipaksa menyediakan pendidikan. Meskipun demikian, tempat-tempat yang memiliki dewan sekolah memperoleh banyak kebebasan untuk memperoleh banyak kebebasan untuk mendirikan sekolah dasar yang mengembangkan program pendidikan baru. Beberapa dewan pendidikan, khususnya di pusat-pusat industry dan perdagangan yang lebih besar, memulai tugas mereka dengan antusias dan kesadaran i’tikad yang menakjubkan.
2. Tinjauan Filosofis Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam secara filosofis memiliki kedudukan yang tinggi. Karena tujuanlah yang akan menentukan arah pendidikan tersebut. Menurut Ahmad D. Marimba, ada empat fungsi tujuan pendidikan, pertama, tujuan pendidikan berfungsi mengakhiri usaha. Sesuatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti apa-apa. Selain itu, usaha mengalami permulaan dan mengalami pula akhirnya. Ada usaha yang terhenti karena suatu kegagalan sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha tersebut belum dapat disebut berakhir.
Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha, tanpa adanya antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efesien. Ketiga, tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain yaitu tujuan-tujuan baru atau tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Abuddin Nata adalah sebagai berikut:
1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melakukan tugas-tugas memakmurkan dan mengelolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
2. Mengarhkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifaannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalhgunakan fungsi kekhalifaannya.
4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaniyahnya sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifaannya.
5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
Semua rangkai tujuan pendidikan Islam di atas tidak lepas dari ayat al-Quran sebagai pedoman Islam itu sendiri. Allah berfirman dalam al-Quran surat adz-Dzariyat ayat 56,
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
3. Analisis Filosofis Pendidikan di Inggris dan Pendidikan Islam
Melihat pembahasan di atas, maka penulis ingin menganalisis perbandingan antara landasan pendidikan di Inggris dengan pendidikan Islam. Dimulai dari pendidikan Islam, secara normative pendidikan Islam tidak akan pernah lepas dari landasan utama Islam itu sendiri yaitu al-Quran dan as-Sunnah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap anak yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.”
Berdasarkan hadits di atas bisa dimaknai bahwa Islam memandang seorang anak sudah membawa bakat sejak lahir. Tergantung bagaimana orang tua atau lingkungan yang akan mencetak anak tersebut. Hal ini memberikan implikasi kepada peserta didik berupa usaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam melakukan proses pembelajaran.
Berbeda dengan aliran filsafat empirisme yang berkembang di Inggris yang ditokohi oleh John Lock, yang mengatakan bahwa manusia itu lahir tidak membawa apa-apa seperti kertas putih. Kelemahannya adalah aliran semacam ini tidak memandang bahwa juga anak itu membawa bakat sejak lahir.
Aliran semacam ini bertentangan dengan aliran nativisme bahwa yang mempengaruhi perkembangan seseorang itu bukan lingkungan tapi bawaan sejak lahir dari kedua orangtuanya. Pandanngan semacam ini akhirnya juga dapat memberikan dampak pada usaha dalam menjalankan tugas pendidikan itu sendiri.
Adapun pendidikan Islam menganut kedua teori di atas. Sebab pendidikan Islam tidak menafikan bawaan dari orang tua dan juga factor lingkungan. Semuanya sama-sama memberikan pengaruh dalam perkembangan pendidikan atau anak didik.

DAFTAR PUSTAKA
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/akuntansi/aliran-aliran-pendidikan
Marimba, Ahmad D.. 1962. Pengantar. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Al-Ma’arif.
Madkour, Ibrahim. 2004. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com