Rabu, 24 Maret 2010

KETIKA POLITIK MULAI “BERGOYANG”


Oleh: Muhammad Rajab*

Akhir-akhir ini Malang digemparkan dengan isu calon Bupati, Inul Daratista. Sosok wanita yang terkenal dengan goyang ngebornya tersebut ingin juga mencicipi dunia perpolitikan. Tak ada salahnya memang, karena setiap warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk menjabat sebagai pemimpin, baik pemimpin daerah, kota, propensi bahkan jadi presiden. Asalkan sanggup dan mempunyai kompetensi yang mumpuni dia berhak mencalonkan dirinya.
Fenomena artis terjun ked dunia politik menjadi tren lima tahun terakhir ini, mulai dari Primus, Dedi Mizwar dan lainnya, termasuk juga Inul Daratista yang sempat menjadikan bumi Indonesia heboh dengan goyang ngebornya beberapa tahun kemarin.
Popularitas artis memang sangat besar di tengah-tengah masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum pemuda dan para remaja yang senang dengan dunia entertainment. Dengan ini, sangat memungkinkan seorang artis yang mengajukan dirinya untuk terjun dalam politik akan mendapatkan pendukung yang banyak dari masyarakat. Bisa dibayangkan, masyarakat Indonesia yang menjadi penggemar dunia hiburan sangat banyak.
Hal inilah yang mungkin menjadi salah satu pendorong para artis berburu mengejar dunia politik. Mereka dengan percaya diri mencalonkan dirinya dan maju ingin memimpin bangsa. Walaupun terkadang timbul tanda tanya, ada ada di balik semua itu?. Mengapa mereka berani meninggalkan dunia entertainment dan lari ke dunia politik. Padahal, lapangan keduanya sangat kontradiktif, yang pertama dipenuhi dengan kesenangan, sedangkan kedua dipenuhi dengan “pertikaian” , debat dan perebutan massa yang tak jarang menimbulkan konflik fisik.
Para artis juga sangat memungkinkan untuk dipilih oleh masyarakat luas. Hal ini bisa terjadi karena kekecewaan mereka terhadap para politikus sebelumnya. Kekesalan mereka akhirnya menjadikan mereka anti untuk memilih pemimpin sebelumnya. Secara sekilas, realitas yang ada memang menunjukkan bahwa pemimpin kita baik tingkat daerah maupun nasional menunjukkan hasil yang kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya warga miskin, harga bahan pokok naik dan problem bangsa lainnya.
Dari jenis apapun itu, setiap orang mempunyai hak untuk berpolitik dan memimpin bangsa. Yang terpenting adalah mempunyai kompetensi yang bagus dan mau berbaur dan memperhatikan rakyat bawah serta mengerti tentang aturan-aturan politik. Kalau seorang artis hanya bisanya mengguliti dunia hiburan dan tidak punya bekal kepemimpinan yang baik, mendingan konsen di dunia hiburan saja dan tidak terjun ke politik. Sebab, seorang politikus tidak hanya akan mengurusi dirinya sendiri tapi juga dituntut untuk bisa mengurus orang lain.
Mari kita lihat potret seorang pemimpin di zaman sahabat. Misalkan saja, Umar bin Khattab. Khalifah kedua setelah nabi tersebut telah menunjukkan contoh yang baik untuk para pemimpin. Dia tegas, lemah lembut, dan mau berbaur dengan rakyat bawah. Diceritakan, suatu ketika Umar jalan-jalan berkeliling kota Makkah. Di tengah perjalanan ia mendengar suara tangisan anak-anak. Di hampiri suara tersebut, dan ternyata dia melihat ada seorang ibu yang sedang menggodok sesuatu di sekelilingnya ada anak-anaknya yang sedang menunggu sesuatu tersebut matang.
Umar bertanya kepada ibu tersebut, “wahai ibu, apa yang hendak anda rebus tersebut?,” sang Ibu menjawab, “batu, saya memasaknya untuk membohongi anak-anak saya agar mereka bisa tidur dengan mendengar suara godokan tersebut,”. Mendengar jawaban tersebut Umar langsung bergegas pergi ke Baitul Mal hendak mengambil gandum. Dia membawa gandum untuk diberikan kepada ibu dan anak-anaknya tersebut dengan pundaknya sendiri. Di tengah-tengah perjalanan ada seorang sahabat yang menawarkan diri untuk mengangkat gandum tersebut, namun Umar menolaknya.
Itulah sekilas potret kepemimpinan Umar yang penuh perhatian terhadap rakyat. Yang penting bagi seorang pemimpin adalah bagaimana ia mempunyai rasa empati dan simpati terhadap rakyat lemah. Dari kalangan apapun itu, baik dari artis atau bukan. Karena telah banyak bukti banyak di antara pemimpin kita yang mengkorupsi harta rakyat. Harta yang seharusnya disalurkan kepada masyarakta lari kepada kantong dirinya.
Segala sesuatu mmemang harus dikerjakan berdasarkan ilmu. Termasuk juga dalam berpolitik. Jangan sampai politik kita hanya didorong oleh kepentingan nafsu untuk mendapatkan jabatan dan uang saja, tanpa ada bekal ilmu yang cukup. Pada intinya, semua orang boleh mencalonkan diri sebagai pemimpin, asalkan dengan mempunyai ilmu, jujur, dan bertanggungjawab serta menumbuhkan rasa empati dan simpati kepada rakyat bawah, khususnya rakyat miskin.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Bersama Membangun Bangsa. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com